WJC Hadir di Ambon, Gerbang Utama Keterlibatan Jurnalis Muda dan Isu Konservasi

Adventorial News

Ambon, CakraNEWS.ID– SETELAH menggelar roadshow di berbagai daerah seperti Medan, Surabaya, Riau, hingga Bali, kali ini Wildlife Journalism Competition (WJC) 2024 hadir di Kota Musik, Ambon pada Senin (24/6/2024).

WJC 2024 di Kota Ambon berhasil diselenggarakan oleh Pusat Studi Komunikasi Lingkungan (Pusdikomling) Universitas Padjadjaran (UNPAD) bersama Universitas Pattimura (UNPATTI) berkolaborasi dengan Garda Animalia dan Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-bangsa (FAO) yang didukung oleh Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID).

Bertemakan “Interaksi Negatif Manusia-Satwa Liar dari Sudut Pandang Jurnalisme Lingkungan”, kompetisi jurnalistik terbesar di Indonesia ini mengajak mahasiswa untuk mengangkat isu konservasi satwa liar di Indonesia.

Kegiatan dibuka dengan sambutan Dr. Dadang Rahmat Hidayat, S.H., S.Sos., M.Si. selaku Dekan FIKOM Universitas Padjadjaran, Dr. Herlina Agustin, S.Sos., M.T. sebagai Project Officer WJC 2024, serta Wakil Dekan 3 Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FISIP Universitas Pattimura Dr. Paulus Koritelu, S.Sos, M.Si.

Paulus dalam sambutannya berharap kegiatan ini menjadi permulaan hubungan kerja sama yang dibangun antara UNPAD dan UNPATTI. Baginya, kegiatan ini juga sangat strategis dilaksanakan di Ambon.

“Kegiatan ini menjadi sangat strategis, saya sangat berharap [ini] menjadi bagian autokritik bagi kita semua yang telanjur berselebrasi dalam banyak hal tanpa mempertimbangkan makhluk hidup lain yang menjadi bagian penting bagi kelengkapan hidup kita semua,” ujar Paulus.

Hal yang sama disampaikan oleh Dadang Rahmat yang juga menyambut baik kegiatan dan kerja sama ini. Ia berharap, jurnalis muda di Ambon menjadi salah satu finalis dan berhasil mendapatkan juara pada grand final yang diadakan di Bandung pada November nanti.

Kepala Staf Kodam XV/Pattimura Dr. Nefra Firdaus, S.E., M.M. mengawali seminar dengan menyampaikan materi terkait “Peran TNI Dalam Pelestarian Satwa Liar”. Ia menyampaikan bahwa TNI turut berperan dalam perlindungan satwa. Hal ini tercantum dalam salah satu klausul dari tugas TNI Operasi Militer Selain Perang (OMSP), yakni “Membantu pemerintah dalam PAM Pelayaran dan Penerbangan terhadap pembajakan, perompakan, dan penyelundupan”.

“Kita punya komitmen, kita melakukan sweeping secara berkala oleh polisi militer, tetapi kalau nanti di lapangan ada teman-teman yang mengetahui tinggal lapor saja. Di sini ada depkom [departemen komunikasi], di daerah ada sub depkom. Dengan foto dan dokumentasi yang ada [silakan] sampaikan, ‘Oknumnya ini, Pak, yang selalu membawa objek perburuan dilindungi itu’,” tegasnya.

Kegiatan dilanjutkan dengan penyampaian oleh Polhut Muda BKSDA Maluku Kacuk Seto Purwantoro, S.Hut terkait Konservasi Tumbuhan dan Satwa Liar Endemik di Kepulauan Maluku bersama Dr. Herlina Agustin, S.Sos., M.T. mengenai Konservasi Tumbuhan dan Satwa Liar dalam Perspektif Jurnalisme Lingkungan.

Sebagai salah satu tempat yang kerap menjadi lokasi transit penyelundupan, Seto menjelaskan jika pihaknya telah melakukan penanganan terhadap 5.576 ekor satwa liar di Maluku sepanjang 2019 sampai Mei 2024, termasuk di dalamnya burung paruh bengkok. Jenis burung paruh bengkok yang paling banyak diburu untuk perdagangan ilegal adalah jenis kakatua koki (Cacatua galerita), kasturi ternate (Lorius garrulus), nuri bayan (Eclectus roratus), nuri maluku (Eos bornea), dan perkici pelangi (Trichoglossus haematodus).

“Pasarannya itu biasanya di Makasar, Manado, Surabaya, Jakarta dan Batam. Paling banyak ke Surabaya. Kalau di luar negeri biasanya di Filipina dan Singapura,” tambah Seto.

Dalam konservasi satwa liar, zoonosis menjadi topik yang tak bisa dipisahkan. National Technical Advisor for One Health and Emergency Response, FAO Emergency Centre for Transboundary Animal Diseases (FAO ECTAD) Indonesia, drh. Andri Jatikusumah menyampaikan dalam materinya terkait “One Health Solusi Ancaman Penyakit”.

“One Health bisa menjadi Avengers atau Justice League yang berisikan kerja sama multidisiplin ilmu untuk memecahkan masalah kesehatan global agar bisa mencapai tujuan bersama dalam mencegah serta mengendalikan zoonosis dengan pendekatan terpadu seperti medis, veteriner, dan lingkungan untuk solusi holistik [menyeluruh]”, terang Andri Jatikusumah.
WJC 2024 membuka peluang bagi setiap mahasiswa untuk turut berperan dalam perlindungan konservasi dari ancaman penyelundupan hingga zoonosis menggunakan pendekatan-pendekatan jurnalistik.

Di sesi akhir, M Jaya Barends sebagai pemateri workshop menjelaskan bagaimana pentingnya jurnalistik sebagai metode yang digunakan untuk menyuarakan kasus-kasus konservasi. Salah satunya adalah dengan menggunakan bentuk jurnalisme investigasi.

“Investigasi adalah mahkota terakhir dari wartawan,” ujarnya.

Namun, ia juga menambahkan, dalam jurnalistik, investigasi tak selalu menjadi satu-satunya cara untuk menunjukan kebenaran dalam isu konservasi. Ada banyak cara yang bisa dilakukan, misalnya dengan penyajian karya jurnalistik berupa feature, cerita foto, maupun dokumenter, sebagaimana cabang kompetisi yang dihadirkan oleh WJC 2024.*** CNI-04

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *