Piru, CakraNEWS.ID– Laut Waipirit beriak, seakan menyambut dengan penuh takzim kedatangan pemimpin baru Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB). Ir. Asri Arman dan Selfinus Kainama, pasangan Bupati dan Wakil Bupati, tiba di Pelabuhan Waipirit, Kecamatan Kairatu, pada Kamis, 6 Maret 2025.
Namun, yang membuat momen ini begitu menggetarkan bukan sekadar kedatangan mereka, melainkan penyambutan sakral melalui Tari Somba Upu dari Negeri Latu.
Tarian ini bukan sekadar hiburan, melainkan ungkapan penghormatan, doa, dan harapan rakyat kepada pemimpinnya. Di tengah lantunan syair adat yang mengiringi setiap gerakan penari, Selfinus Kainama tak kuasa menahan air mata.
Bukan sekadar haru, tetapi karena ia memahami setiap makna yang tersirat dalam bait lagu berbahasa daerah itu.
Tari Somba Upu: Tradisi yang Mengandung Doa dan Amanah
Di tanah Maluku, Tari Somba Upu memiliki kedudukan istimewa. Ia bukan hanya warisan budaya, tetapi juga simbol penghormatan kepada pemimpin serta bentuk doa kepada leluhur agar yang datang membawa keberkahan.
Tarian ini telah diwariskan turun-temurun sebagai bentuk penerimaan dan penghormatan kepada tokoh yang dipercaya untuk memimpin dan mengayomi rakyatnya.
Namun, dalam prosesi kali ini, ada simbol lain yang diberikan—sebuah anakan pohon sagu.
Bagi masyarakat Maluku, pohon sagu bukan sekadar tumbuhan, tetapi representasi kehidupan itu sendiri. Sagu menjadi sumber pangan utama, bagian dari ekosistem yang menopang kehidupan, sekaligus lambang ketahanan dan keberlanjutan.
Pemberian pohon sagu kepada Bupati dan Wakil Bupati bukanlah sekadar seremoni. Ia adalah pesan tersirat dari masyarakat: “Rawatlah negeri ini sebagaimana pohon sagu dirawat. Biarkan ia tumbuh, mengakar kuat, dan menjadi sumber kehidupan bagi semua.”
Air Mata Haru: Sebuah Janji untuk Negeri
Saat prosesi berlangsung, Selfinus Kainama tak bisa menyembunyikan emosinya. Sebagai putra asli Negeri Kamarin, Amalohi, setiap kata dalam syair adat itu menembus ke dalam sanubarinya.
“Saya meneteskan air mata karena terharu. Sebagai anak negeri, saya memahami betul makna lagu yang dinyanyikan dalam Tari Somba Upu itu. Apalagi, kami diberikan simbol satu pohon sagu yang luar biasa artinya. Saya dan Pak Bupati diberi kepercayaan untuk menanamnya, agar tumbuh dan menjadi sumber kehidupan bagi semua orang,” ungkap Kainama dengan suara bergetar.
Ungkapan itu bukan sekadar luapan emosi sesaat. Itu adalah janji yang diucapkan di hadapan rakyatnya, sebuah komitmen untuk menumbuhkan kesejahteraan di tanah yang mereka pimpin.
Menanam Bukan Hanya Pohon, Tetapi Harapan
Sebuah pohon tidak tumbuh dalam semalam. Ia membutuhkan tanah yang subur, perawatan yang telaten, dan kesabaran untuk berbuah. Begitu pula dengan kepemimpinan.
Kepercayaan rakyat adalah bibit yang ditanam hari ini, tetapi hanya bisa tumbuh jika dirawat dengan kebijakan yang bijak, keberpihakan pada masyarakat, dan kerja nyata yang berkelanjutan.
Kini, lembaran baru telah terbuka bagi Kabupaten Seram Bagian Barat. Penyambutan ini bukan hanya simbol penghormatan, tetapi juga pengingat bahwa tugas besar telah menanti. Tari Somba Upu telah mengiringi langkah mereka, dan pohon sagu telah dititipkan sebagai amanah.
Kini, tinggal Ir. Asri Arman dan Selfinus Kainama untuk membuktikan bahwa mereka bukan hanya menerima sambutan ini dengan air mata haru, tetapi juga dengan tekad kuat untuk menanam, merawat, dan memastikan kesejahteraan tumbuh di setiap jengkal tanah SBB.
Karena seperti sagu yang berakar kuat di bumi Maluku, pemimpin yang sejati bukan hanya hadir untuk dikenang, tetapi untuk memberi kehidupan bagi rakyatnya.*** Rul