Jakarta,CakraNEWS.ID- Penangkapan 6 terduga teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) di Bandar Lampung, Padang Sumatera Barat dan Kota Batam Kepulauan Riau, oleh tim Detasemen Khusus Anti Teror (DENSUS AT) 88 Polri,pada Minggu (8/11/2020),diapresiasi oleh Komisi Kepolisian Nasional (KOMPOLNAS).
“Kompolnas mengapresiasi kinerja tim Densus AT 88 Polri atas keberhasilan dalam mengungkap dan mengamankan 6 orang terduga teroris di Bandar Lampung, Padang dan Kota Batam,”ungkap Sekretaris Kompolnas, Irjen Pol (Purn), Dr Benny Jozua Mamoto, SH, M.Si, kepada wartawan di opsroom Kompolnas, Rabu (11/11/2020)
Menurut Mamoto, aksi terorisme di Indonesia akan terus terjadi. Hal ini dikarenakan terorisme adalah kejahatan lintas negara yang ter-organisasi.
“Satu peristiwa di luar negeri,akan bisa berdampak di negara lain. Ada teori yang sering disebut, Extending Teritori Teori mengatakan, aksi teror disuatu tempat akan direspon ditempat lain,tidak terbatas wilayah negara. Ada satu isu yang terjadi dan dimaknai di presepsikan merugikan pihak lain dapat di respon, salah satunya dengan aksi teror,”tutur Benny
Jenderal purnawiran Polri itu menuturkan, apa yang terjadi di Paris (Perancis), menjadi pembelajaran tersendiri kemudian berkembang di Wina hingga berkembang di Negara lain. Contohnya seperti beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, salah satunya adalah terjadinya aksi bom di rumah Keduataan Besar Filipin, di Jalan Ponegoro pada tanggal 1 Agustus 2000, kemudian ada aksi bom selokan di konsulat Filipin di Kota Manado, Sulawesi Utara.
Baca Juga: Densus 88 AT Polri, Tangkap 6 Teroris JAD Di 3 Provinsi Di Indonesia
“Ternyata dari hasil penyelidikan yang dilakukan Tim Densus 88 Anti Teror Polri, ketika memeriksa tahanan teroris di Singapura dan Malaysia, terjawab bahwa, rangkaian aksi bom yang terjadi di beberapa tempat di Indonesia adalah fatwa dari Amir, dari kelompok JAD sebagai respon terhadap serangan militer Filipina terhadap camp Abubakar milik JAD di Mindanau Filipina Selatan,”Ucapnya.
Mamoto mengatakan, selain itu aksi bom yang terjadi di Indonesia merupakan aksi balas dendam atas tindakan represif aparat militer di kawasan Rahkinifti di Myanmar. Kelompok Rohangnia yang merupakan kelompok minoritas yang mengalami tekanan, akan direspon oleh para simpatisan Rohangnia atau kelompok-kelompok yang ber-afiliasi di negara lain, dalam bentuk serangan. Hal ini terbukti dengan adanya ancaman serangan bom di Kedubes Myanmar di Jakarta. Terjadi serangan bom di kuil Budha Ekahyana.
“Berkaca dari kejadian yang terjadi di beberapa Negara, aksi terorisme harus diwaspadai ketika ada isu di suatu negara yang menyangkut isu-isu sensitif, sudah tentunya harus diwaspadai kelompok-kelompok atau pihak-pihak yang terafiliasi atau bersimpati di suatu negara bisa melakukan aksinya sebagai bentuk balasan. Terlebih bila kelompok-kelompok tersebut, berafilisiasi kepada jaringan besar seperti Al-qaidah, ISIS dan sebagainya,”himbau Mamoto.
Mamoto menuturkan, ketika muncul fatwa dari pimpinan kelompok-kelompok yang telah berafiliasi jaringan terorisme, sudah tentu akan di ikuti oleh simpatisan yang ada di seluruh negara dan berpotensi akan menimbulkan kasus-kasus teror di negara-negara tersebut. Inilah yang harus di antisipasi dan di waspadai.
“Saya yakin teman-teman Densus AT 88 Polri sudah memahami betul pola-pola seperti ini,sehingga dilakukan berbagai upaya deteksi dini,langkah-langkah antisipasi untuk memantau pergerakan dari kelompok-kelompok afiliasi yang ada di Indonesia. Sehingga dapat dicegah aksi-aksi teror yang akan terjadi di Indonesia,” Ungkapnya .
Mamoto mengataka, berkaitan dengan penangkapan beberapa anggota teroris JAD, dan kelompok dari Wijayanto yang dulunya sempat menjadi Tokoh JAD Amir JAD, dan menjadi buronan aparat keamanan dari tahun 2003 dan baru tertangkap tahun 2018.
Ini suatu prestasi besar, karena dari penangkapan tersebut, diketahui Wijayanto telah membangunan jaringan terorisme diseluruh Indonesia dengan anggota sekitar 600 orang yang telah mengelola organisasi secara profesional, karena background dari para Wijayanto adalah orang bisnis yang pernah kerja di 5 perusahaan, sehingga mencari dana tidak sama dengan kelompok-kelompok lainnya yang melakukan berbagai macam bisnis illegal (Illegal Bisnis). Sumber keuangan yang didapatkan dari kelompok Wijayanto dari hasil pengelolaan perkebunan, pertambangan dan usaha-usaha lainnya.
Inilah yang perlu diwaspadai oleh masyarakat Indonesia, kerena seringkali masyarakat kurang waspada dan terkecoh, baik dalam rekrutmen maupun latihan-latihan personil jaringan terorisme maupun penggalangan dana.
“Teman-teman Densus AT 88 Polri selalu memonitor khususnya kepada sisa-sisa anggota JAD yang belum tertangkap dan masih ada dilapangan. Saya yakin satu per satu anggota teroris JAD pasti akan terdeteksi yang bisa ditangani dengan baik oleh anggota Densus Anti Teror (AT) 88 Polri,”tutur Sekretaris Kompolnas. (CNI-01)