Latar belakang identitas suatu bangsa umumnya ditelusuri berdasarkan warisan turun-temurun dari para pendahulu, salah satunya adalah bahasa dan pemaknaan dari setiap rangkaian aksara yang digunakan. Budaya ‘konsumtif’ memang sangat identik dengan generasi sekarang termasuk sebagian besar orang Maluku yang mayoritas menggunakan bahasa hari-hari Ambon tanpa mengetahui arti atau pemaknaan dari setiap kata yang mereka ucapkan.
Seperti yang kita pahami bahwa bahasa hari – hari Ambon telah mengalami banyak perubahan dari hasil akulturasi budaya apalagi pada jaman perdagangan dimana Maluku menjadi tujuan utama para pedagang dari Timur Tengah maupun Gujarat dengan alasan The Spice Islands yaitu tempat yang berkelimpahan akan rempah-rempah.
Bayangkan, ribuan tahun lamanya. Secara garis besar Bahasa ‘asli/pertama’ menjadi bahsa tanah dari Pulau Ibu kemudian beradaptasi menjadi bahasa perdagangan pra sejarah di pusat Kota Ambon dan yang terakhir menjadi bahasa hari – hari Ambon. Sekarang hanya tinggal sedikit kosa – kata asli yang tersisa dari sekian banyak bahasa (kata benda & kata sifat) yang digunakan orang Maluku (kecuali bahasa daerah tiap – tiap Negeri) yang menjadi satu dalam bahasa hari hari Ambon. Inilah alasan mengapa orang Maluku lebih dikenal dengan sebutan ‘orang Ambon’.
Sebagai contoh, kita akan belajar arti yang sebenarnya dari ungkapan “beta sayang se”. Ungkapan ini hanya contoh kecil dari banyak rangkaian bahasa Ambon yang bisa kita pelajari.
–BETA–
Banyak orang lebih familiar dengan arti ‘aku/saya’ pada kata ‘Beta’. Menurut kbbi.web.id, ‘saya/ aku berarti’ orang yang berbicara atau menulis. Kata ‘beta’ memang tidak cocok untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia jika yang dicari adalah maknanya. Bahasa hari – hari Ambon cenderung keras dengan bumbu ‘e’ atau ‘a’ jika dibandingkan dengan lafal orang Tual atau Saumlaki. Kata ‘beta’ sendiri diucapkan oleh orang Tenggara dengan sebutan ‘bet’, khusus untuk Saumlaki, penekanannya agak sedikit berbeda dalam hal kehalusan. Sampai di sini, kita telah memahami bahwa ‘beta’ atau ‘bet’ adalah dua kata yang sama yang mengarah pada satu pribadi. Pertanyaannya apa yang istimewa dari arti kata tersebut ? dari mana asal kata ‘bet/ beta’ tersebut ?.
Bertolak dari jaman sekarang, bahasa Ibrani merupakan cabang dari bahasa Kanaan dan Amorit (Interpreter’s Dictionary of the Bible, vol.2, 552) yang menjadi bahasa resmi Kaum Yahudi yang juga digunakan bangsa Israel. Abjad kedua dari bahasa Ibrani adalah ‘bet’ ב (bunyi: /b/ /v/). Nama huruf ‘bet’ ini berarti “rumah/bait”. Terlepas dari berbagai penelitian akan suku Israel yang tersebar hingga ke Maluku, banyak Negeri yang masih memahami kata ‘beta/bet’ yang berarti rumah. Hampir semua Negeri di Maluku Tenggara memahami hal ini. Jadi jika ada orang yang berbicara menggunakan kata ‘beta/bet’ berarti maknanya adalah bahwa dia menunjuk dirinya sendiri sebagai sebuah rumah/ bait. Pertanyaannya, siapa/apa yang ada di dalam ‘rumah’ itu ?
–SAYANG–
Dari situs yang sama, ‘sayang’ berarti “kasih/cinta” kepada sesuatu. Hal ini memang sangat benar karena merupakan bahasa Indonesia. Tapi kata ‘sayang’ dalam bahasa Tanah (Seram) sebenarnya adalah “Ruma/Ruma-i” yang berarti cinta dan kasih yang besar (bukan ukuran, tapi perasaan). Untuk lebih jelasnya, baca artikel Ikalesang Ia Rumai Ea.
–SE–
Semua orang Maluku pasti tau kalau kata ‘se’ merupakan kependeka dari “o’se”. Banyak versi untuk menyebutkan orang lain (satu pribadi), ada versi Wemale, Alune, Gorom, Seti dll yang memiliki makna sama. Paling terkenal adalah, “Ale, O, Ose, Os dan Se”. Kata yang digunakan untuk menunjuk orang/ pribadi tersebut memiliki makna cerminan dari ‘beta/bet’.
Memang sulit untuk memahami bahasa Tanah karena penambahan awalan dan akhiran, konsonan, lafal, maupun intonasi berbeda-beda pada masing-masing Negeri. Oleh karena postingan ini hanya membahas arti dari ungkapan “Beta sayang se”, maka makna yang paling mendekati (dalam bahasa Indonesia) dari ungkapan tersebut adalah ; cinta kasih yang tinggal dalam diri saya adalah untuk kamu. Jika cinta ini diterima, maka dua rumah akan menjadi satu dan hanya ada satu cinta yang tinggal dalam satu rumah tersebut. Pemaknaan seperti ini tidak akan ditemukan dalam ungkapan ‘aku cinta kamu’.