Batam,CakraNEWS.ID- Kemajuan teknologi yang begitu modern dan canggih, dimanfaatkan oleh 47 Warga Negara Asing (WNA) asal Cina dan Taiwan, untuk melakukan penipuan dan pemerasan kepada sesama warganya.
Dengan menggunakan akses internetan, para pelaku kemudian memberdaya korban dengan modus sebagai seorang anggota Polisi China yang tengah menangani tindak pidana hukum bagi sejumlah keluarga korban
“Modusnya pura-pura sebagai Polisi China, mereka menelpon warga negara China bahwa keluarganya bermasalah dengan hukum dan diminta sejumlah uang ke rekening Bank China,” ungkap Kapolresta Barelang, AKBP Prasetyo Rachmat Purboyo dalam rilisnya kepada Wartawan di Mapolresta Barelang, Jumat (20/9/2019)
Prasetyo menjelaskan, pengungkapan tindak kejahatan ini juga bermula dari adanya laporan masyarakat yang curiga karena banyak WNA di ruko Taman Niaga dan ruko Grand Orchid.
“Mereka mencurigai sebuah ruko yang banyak warga negara asingnya, tapi tidak tau mereka ini kerja apa dan apa aktifitasnya. Setelah itu baru perugas melakukan penyelidikan di sana, dan baru terungkap tindak kejahatannya,” ucapnya.
Prasetyo mengatakan, korban penipuan dan pemerasan yang dilakukan 47 Warga Negara Asing (WNA) asal China dan Taiwan, bukan berasal dari Indonesia.
47 orang pelaku ini datang secara bertahap ke Batam. Mereka datang menggunakan pesawat dari China ke Jakarta, lalu dari Jakarta ke Batam secara bertahap.
“Aksi 47 orang WNA ini menipu dan memeras korbannya dengan cara mengaku sebagai polisi. Para pelaku menipu korban dengan mengatakan bahwa ada keluarganya yang terjerat masalah hukum.
Mereka datang ke Batam secara bertahap dari China menuju Jakarta terlebih dahulu. Di sana juga mereka dilatih agar bisa berperan sebagai polisi oleh LA,” tutur Prasetyo.
Ia mengatakan, aktor intelektualnya berada di China berinisial MK, memerintahkan satu pelaku yang di sini (AL) untuk menerima orang China yang datang ke Jakarta. Tugas AL mengawasi dan melatih, agar mereka bisa berperan sebagai polisi. Nomor-nomor korban di dapat pelaku dari MK. 47 orang pelaku ini hanya bertugas menghubungi dan mengancam.
Perwira dua melati itu mengatakan, saat ini pihaknya masih mendalami kasus ini. Dia mengaku juga sudah menghubungi pihak kepolisian Taiwan dan pihak Imigrasi, untuk mengecek dokumen keimigrasian mereka.
“Sampai saat ini belum korban dari warga negara Indonesia dan warga Indonesia yang membantu hanya sebatas mengantar dan menyiapkan makanan, jadi tidak terlibat langsung dengan tindak pidana yang mereka lakukan,” ucapnya. (CNI-01)