Ambon, CakraNEWS.ID — Ketua Forum Koordinasi Penanggulangan Terorisme (FKPT) Maluku Dr. Abdul Rauf memberikan penguatan kapasitas dan kompetensi para Da’i di Provinsi Maluku, yang diprogramkan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Maluku, Jum’at (21/01).
Ketua FKPT Provinsi Maluku dalam paparannya menegaskan, terorisme di Indonesia telah menjadi perhatian serius pemeritah pusat. Keseriusan Pemerintah itu, dipertajam dengan Perpres No. 7 Tahun 2021 yang resmi diteken Presiden Joko Widodo. “Perpres tersebut, mengatur sejumlah program pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme (RAN PE),” ujar Abdul Rauf yang juga salah satu dosen pada Fakutas Syariah dan Ilmu Ekonomi.
Selain menggandeng kampus/akademisi, masyarakat hingga influencer. Upaya pencegahan, juga melibatkan para penceramah atau para da’i dalam mencegah ekstremisme.
Menurut Ketua FKPT Maluku, sejumlah langkah taktis pencegahan bibit-bibit terorisme di lingkungan sekitar. Tanpa disadari, kemungkinan ada oknum masyarakat yang terlihat baik dari sosial kemasyarakatannya, tapi melekat benih-benih ekstrimis. “Untuk itu, kita perlu meningkatkan kepekaan sosial dalam menjalankan rutinitas, agar semua yang ada di sekeliling bisa diketahui psikologis dan latar belakangnya,” kata Abdul Rauf.
Rauf mengajak para Da’i untuk terus tabayyun dalam menyikapi persoalan. Baik persoalan yang bersifat lokal, nasional maupun global. Muatan-mutan dakwah ke depannya, lebih mempertegas bahwa Islam adalah agama damai dan sosialis.
Dia mengakui, sejauh ini di Indonesia, banyak teroris mengklaim Islam sebagai milik mereka. Klaim seperti itu disesalkan Abdul Rauf karena tidak berdasar.
Berdasar pengalaman dan analisanya selama berkutat di FKPT, Ia melihat ekstrimis cenderusng sedang mengaktifkan korpus kekerasan tradisional yang mungkin berlaku pada suatu waktu dalam sejarah, tetapi tidak lagi mendapat tempat saat ini di dunia modern. “Kita pasti bisa menjadikan Islam sebagai agama damai, dengan menonjolkan dimensi humanistiknya, sejarah toleransi dan hidup berdampingannya, pencerahannya, keterbukaannya, dan etikanya,” tutur Ketua FKPT Maluku.
Damai dalam Islam adalah aturan penting. Perang adalah pengecualian yang ditentukan kebutuhan. Fakta sepele, tapi sangat simbolis: kata damai dalam budaya Muslim adalah salah satu asma Allah SWT bernama As-Salam.
“Oleh karena itu nafas yang sakral, yang ilahi yang menyertai istilah ini ketika diucapkan, dinyanyikan, atau disampaikan. Tetap menjadi pendakwah yang mengkristalkan unat ditengah lajunya perkembangan dunia,” pungkasnya.
Kegiatan Pelatihan Da’i Pembagunan oleh Kementerian Agama wilayah Maluku berlangsung selama dua hari. Pembukaan secara langsung oleh Gubernur Maluku di Asrama Haji Waiheru.
Pembukaan Pelatihan Da’i Pembangunan menjadi bagian dari kegiatan peletakan batu pertama pembangunan Masjid Ismail Murad Asrama Haji Waiheru, Ambon.
Pelatihan itu bertujuan mengoptimalisasikan fungsi dan peran da’i sebagai corong atau beranda pemerintah dalam menyampaikan pesan pembangunan di Maluku.
Rauf mengharapkan kepada peserta pelatihan agar dapat menjadi Da’i dan Da’iah yang handal, profesional, cerdas dan memiliki Akhlakul Qarimah, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi modern, sehingga membantu umat semakin baik, toleran serta moderat, umat semakin tercerah serta jauh dari nilai-nilai intoleran, radikalisme dan lain-lain,” harap Gubernur saat membuka acara kemarin.*** CNI-02