Piru, CakraNEWS.ID– KEBAKARAN Hutan kembali terjadi di Kabupaten Seram Bagian Barat, tepatnya di kawasan desa Waisala kecamatan Huamual Belakang, Sabtu (30/09).
Puluhan hektar lahan dilahap si jago merah. Bahkan sejumlah tempat usaha warga seperti penyulingan minyak kayu putih juga menjado sasaran.
Puluhan personil Polsek Waisala, dan Polres Seram Bagian Barat (SBB), Kodim 1513/SBB, dan masyarakat desa Waisala, terus berupaya untuk memadamkan kobaran api yang menghanguskan, puluhan hektar hutan dan lahan diwilayah desa tersebut.
Kapolres SBB, AKBP Dennie Andreas Dharmawan, SIK mengatakan, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), terjadi sekira pukul 10.45 WIT.
“Api baru diketahui sekitar pukul 11.00 WIT, siang tadi. Kebakaran itu terjadi di antara Dusun Hanunu dan dusun Titamandiri Desa Waesala, Kecamatan Huamual Belakang Kabupaten SBB. Kebakaran lahan pohon kayu putih dan ilalang,”kata dia, kata Kapolres kepada media, Sabtu (30/9/2023).
Kebakaran yang kesekian kali di kabupaten bertajub Saka Mese Nusa itu mendapat perhatian kepala bidang Pengendalian Kebakaran Hutan dinas Kehutanan provinsi Maluku, Ibnu Pattilow.
Pattilow mengaku, SBB merupakan salah satu kabupaten di Maluku yang masuk zona merah rawan kebakaran.
“Kabupaten yang rawan kebakaran hutan itu MBD, SBT, Tanimbar, SBB, Buru, Buru Selatan dan Aru,” ungkap Pattilow.
Dia mengaku, penyebab terjadinya kebakaran hutan dibagi dua. Pertama kelalaian warga masyarakat itu sendiri dan akibat faktor alam
“Presentasinya, kalau kelalalian manusia diangka 90 persen. Sementaran akibat dari faktor alam diangka 10 persen,” ungkap Pattilow.
Pihaknya menghimbau masayarakat untuk koopertaif terhadap imbauan-imbauan yang dikeluarkan pemerintah melalui dinas atau badan terkait.
Pentingnya Mitigasi Bencana dan Cara Mencegah Kebakaran Hutan
Pattilow melanjutkan, Lantas, bagaimana penanganan atau mitigasi bencana kebakaran yang harus dilakukan.
Insiden kebakaran hutan secara global terus meningkat dan semakin banyak area yang diratakan setiap tahunnya, tak terkecuali Indonesia. Kabupaten Seram Bagian Barat yang saat ini terjadi contohnya.
Penyebab utama kegagalan ini adalah pendekatan masalah yang lambat dan bertahap. Baik fokus nasional maupun sumber daya teknis yang diperlukan untuk mempertahankan program pengelolaan kebakaran hutan yang sistematis masih kurang di daerah terkait.
Elemen penting, manajemen kebakaran hutan seperti /lembaga lembaga startegis lakukan koordinasi dan kolaborasi program, baik penyuluhan maupun aksi lapangan harus semakin ditingkatkan
“Untuk cara mencegah terjadinya kebakaran, yang bisa kita kontrol adalah yang berasal dari ulah manusia. Mendidik masyarakat dan menciptakan kesadaran tentang kebakaran hutan adalah cara pertama yang harus dilakukan,” jelas Pattilow.
Ditegaskan, perlu juga peningkatan sistem deteksi kebakaran dan jaringan untuk komunikasi, patroli kehutanan secara berkala, serta pemberlakuan persetujuan dan peringatan ketat bagi mereka yang menggunakan hutan untuk kegiatan yang dapat memicu terjadinya musibah itu.***CNI-03