Kepala SMA Negeri 1 SBT Klarifikasi Polemik Pesta Pelajar yang Viral di Kota Bula

Adventorial Berita Pilihan Lintas peristiwa News Pendidikan

Bula, CakraNEWS.ID – Sebuah acara malam perpisahan siswa SMA, SMK, dan MA Angkatan 2025 se-Kota Bula yang digelar pada Minggu malam (6/4/2025) di Gedung Serbaguna Dinas Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), menuai polemik di tengah masyarakat.

Acara bertajuk “Make it a Night to Remember Forever” yang awalnya berlangsung penuh suka cita, berubah menjadi sorotan publik usai beredarnya video yang menampilkan suasana pesta yang dinilai tidak mencerminkan nilai-nilai pendidikan.

Dalam tayangan yang viral di media sosial, tampak suasana pesta dengan iringan musik keras, pencahayaan remang-remang, serta gaya interaksi antar siswa yang dinilai sebagian pihak tidak sesuai dengan etika pelajar. Reaksi keras pun bermunculan dari berbagai kalangan tokoh masyarakat, hingga warganet, yang mempertanyakan tanggung jawab pihak sekolah dalam mengawasi kegiatan siswa di luar jam pelajaran.

Tak hanya para siswa, kritik juga turut mengarah kepada para guru dan kepala sekolah dari institusi yang siswanya hadir dalam kegiatan tersebut. Banyak yang menilai bahwa peristiwa itu mencoreng nama baik dunia pendidikan, terutama di wilayah yang mengusung nilai-nilai budaya dan moral daerah “Ita Wotu Nusa”.

Merespons polemik yang berkembang, Kepala SMA Negeri 1 Seram Bagian Timur, Muhammad Rumodar, akhirnya angkat bicara. Dalam sebuah video klarifikasi yang dirilis pada Selasa (9/4/2025), Rumodar menegaskan bahwa sekolah yang ia pimpin tidak memiliki keterlibatan dalam penyelenggaraan acara tersebut.

“Pertama-tama, kami ingin menegaskan bahwa kegiatan pada tanggal 6 April 2025 itu murni merupakan inisiatif dari komunitas siswa antar sekolah. Acara tersebut tidak diselenggarakan oleh pihak sekolah, dan kami sama sekali tidak terlibat di dalamnya, baik secara organisasi maupun administratif,” tegasnya.

Ia juga menyampaikan keprihatinan mendalam atas munculnya tayangan yang berpotensi merusak citra pelajar dan institusi pendidikan di SBT.

Menurutnya, pihak sekolah selama ini telah menanamkan nilai-nilai moral dan kedisiplinan kepada para siswa, baik di dalam kelas maupun dalam kegiatan ekstrakurikuler.

“Kami sangat menyesalkan kejadian ini. Kami berharap masyarakat dapat melihat secara objektif bahwa sekolah tidak memberikan restu atau dukungan terhadap bentuk kegiatan yang bertentangan dengan prinsip pendidikan karakter,” lanjut Rumodar.

Lebih lanjut, ia juga mengajak seluruh pihak untuk menjadikan peristiwa ini sebagai pembelajaran bersama. Rumodar menekankan pentingnya sinergi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat dalam membentuk perilaku dan mentalitas generasi muda.

“Ke depan, kami akan memperketat pengawasan terhadap kegiatan siswa, termasuk yang dilakukan di luar lingkungan sekolah. Kami juga akan memperkuat komunikasi dengan para orang tua agar tercipta pengawasan yang lebih menyeluruh,” tambahnya.

Sementara itu, sejumlah guru dan kepala sekolah lain yang hadir dalam acara tersebut juga mulai memberikan klarifikasi masing-masing, menyatakan bahwa kehadiran mereka bersifat undangan umum dan tidak mengetahui adanya segmen acara yang bernuansa pesta tersebut.

Polemik ini memunculkan kembali wacana perlunya regulasi yang lebih ketat terhadap kegiatan siswa di luar sekolah, terutama yang melibatkan lintas lembaga pendidikan. Masyarakat pun diimbau untuk tidak serta-merta menyalahkan institusi pendidikan sebelum adanya kejelasan tanggung jawab dalam sebuah peristiwa.***CNI-06 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *