Maluku,CakraNEWS.ID- Masalah sampah sering kali identik dengan aroma tidak sedap. Namun bagi Klasis Gereja Protestan Maluku Jemaat Seram Barat, Kabupaten Seram Bagaian Barat, sampah merupakan barang berkualitas yang mampu menghasilkan nilai ekonomis tinggi.
Secara kasat mata, sampah adalah proses aktifitas manusia menggunakan material barang atau benda yang telah habis terpakai, dibuang sebagai hasil dari proses produksi, baik itu sampah rumah tangga hingga sampah industri.
Material yang dimaksudkan adalah yang berasal dari manusia, hewan, ataupun dari tumbuhan yang sudah tidak terpakai. Wujud dari sampah tersebut bisa dalam bentuk padat, cair, ataupun gas. Demikian sampah secara umum yang dapat dipahami.
Masalah sampah, kemudian dikaji secara ekonimis oleh Klasis Gereja Protestan Maluku Seram Barat dengan menggelar sosialisasi dan pelatihan pengolahan yang berlangsung di kantor Klasis GPM Seram Barat, pada tanggal (30/4/2019) dengan menghadirkan fasilitator dari Green Moluccas dan UPTD IPST Toisapu Kota Ambon.
Sosialisasi dan pelatihan sampah tersebut dilakukan oleh Klasis GPM Seram Barat berdasarkan hasil pergumulan sidang ke-46 Klasis GPM Seram Barat tahun 2019 di Tomalehu Timur, pada Bidang Pekabaran Injil Dan Pelayanan Kasih (PIPK), sub bidang Pelayanan Kesehatan. Dasar pemikiran dilakukan kegiatan pengolaan sampah antara lain, sampah plastik secara umum jumlahya banyak dan tidak ada ruang advokasi untuk memberdayakan umat untuk mengolahnya.
Dimana sampah dapat dikreasikan atau dikelola oleh jemaat dan menjadi sumber pendapatan ekonomi, sekaligus membuat lingkungan terpelihara, mendorong umat dan pelayan untuk peduli terhadap lingkungan, dan menjadi agen pembaruan lingkungan. Karena di Kabupaten Seram Bagian Barat khususnya Piru dan sekitarnya, penanganan lingkungan dari sampah organik dan non organik tidak terurus dengan baik.
Kegiatan ini melibatkan pelayan, delapan belas Vikaris dan warga gereja di sembilan belas jemaat di Klasis GPM Seram Barat. Setiap peserta diharapkan dapat mengikuti sosialisasi hingga pelatihan dengan baik supaya memahami dan mengembangkan apa yang didapat saat sosialisasi, demikian arahan Pdt. Ny. Renny Haliwela/K Ketua Klasis GPM Seram Barat.
“Melalui kegiatan sosialisasi pengolahan sampah dapat menjadikan setiap peserta sebagai agen lingkungan yang dapat merawat dan menjaga lingkungan serta berperan dalam memberikan edukasi terhadap sampah baik itu masalah yang didapat maupun bagaimana cara mengolah sampah supaya bermanfaat secara ekonomi dan terhindar dari masalah lingkungan dan gangguan kesehatan,”ungkap Pdt Haliwela/K, dikutip CakraNEWS.ID dari Web Sinodegpm.org, edisi Jumat (10/5/2019) .
Haliwela menuturkan, tujuan dari Sosialisasi tersebut untuk memberikan nilai edukasi tentang jenis sampah, masa urai sampah, dan bahaya sampah. Tidak hanya itu, peserta juga dihimbau dapat menjadi bagian untuk mengadvokasi lingkungan yang berkaitan dengan sampah organik, anorganik dan pengumpulan-pengangkutan-pembuangan(P3) mulai bergeser ke pemilahan-pengolahan-pemanfaatan-pembuangan residu (P4).
“Sebagaimana diundangkannya UU RI nomor 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah. Selain itu dalam rencana nasional Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat juga telah dicantumkan bahwa penangan sampah memerlukan upaya mulai dari partisipasi Jemaat (gereja) hingga pemangku kepentingan lainnya,” tutur Haliwela.
Ia mengatakan, pola kerja Ecobrick jika diartikan ke bahasa Indonesia adalah tindakan ramah lingkungan. Ecobrick dinilai dapat memberikan solusi masalah sampah plastik yang sederhana namun visioner. Selain ramah lingkungan, rupanya, ecobrick ini mempunyai berbagai fakta yang menarik ;
1.Nilai ekonomis, bahannya mudah ditemukan karena bersumber dari limbah plastik,
2.Ecobrick dapat mengalihkan sampah untuk berakhir di tempat pembuangan sampah umum.
3.Ecobrick dapat digunakan untuk menjadi bahan material berkolaburasi dengan semen dan pasir.
4.Ecobrick dengan sifat dasar kuat, awet, dan tahan air dapat dimanfaatkan untuk membangun bangunan.
“Mereka melatih untuk mengolah sampah organik dan anorganik. Kulit buah-buahan dijadikan bahan pembersih alat rumah tangga dan lantai sedangkan sampah rumah tangga seperti, plastik sabun, plastik bumbu penyedap, plastik shampo, plastik permen, dan lain lain dimasukan kedalam botol untuk menjadi ecobrick material bangunan bangku dan meja,”Ucapnya.
Pelatihan pembuatan bunga dan akesoris, ecobrick, kompos, cairan pembersih alat rumah tangga dan lantai hingga polybag diberikan oleh Irene Sohilait, Hamsya Said dan Corneles serta empat orang pendamping pelatihan pengolohan sampah.
Proses sosialisasi berjalan baik hingga proses pelatihan, para peserta mampu berkreasi mengikuti arahan fasilitator. Peserta berhasil berkreasi mengolah sampah plastik menjadi sebuah benda yang unik dan dapat dimanfaatkan dan bernilai ekonomis. (CNI-01)