Maluku, CakraNEWS.ID– Komitmen politik yang dilakukan oleh Bunyamin Thomas Noach (BTN) yang saat ini viral dinilai itu sesuatu yang lumrah dalam momentum politik yakni Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
Langkah tersebut, merupakan suatu karakteristik yang baik ditujukan oleh BTN dalam rangka membangun kesapahaman untuk menata kehidupan politik yang baik didaerah Maluku Barat Daya.
Hal ini diungkapkan Fachrul Pattilouw seorang akademisi Ilmu Politik jebolan Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif Hidayatulla, Rabu (21/10).
“Jadi menurut saya, kacamata akademisi, komitmen politik ini sesungguhnya suatu potret langkah maju dari seoarang kandidat calon bupati yang ingin bertaruh untuk merebut kepercayaan masyarakat, dimana kepercayaan saat ini merupakan hal yang utama sebagai basis fondasi. Persoalan kita saat ini adalah banyak Politisi yang begitu mudah melupakan janji-janji politik dan tidak betul-betul hadir sebagai representator para pemilih,” ungkapnya.
Akademisi yang tengah aktif di Institut Agama Islam Negeri Ambon itu memaparkan, lewat komitmen politik BTN atau kontrak politik yang dibuat, benar-benar menjawab keraguan yang selama ini menyelimuti masyarakat sebagai alternatif solusi dari kepercayaan masyarakat kepada calon bupati.
“Niat baik ini, tentunya sangat tergambarkan lewat isi dari komitmen politik yang sudah dibuat oleh Pak Bunyamin sebagai calon bupati MBD kepada pak Simon sebagai representator atau tokoh masyarakat Kisar,” akuinya.
Dijelaskan, seluruh aspirasi masyarakat menjadi tolak ukur bagi BTN dalam rangka menata Visi Misi yang dikemas untuk membangun masa depan MBD kedepan.
Kemudian yang penting dari itu semua BTN memberikan edukasi politik (baca Pendidikan politik) yang baik lewat kontrak politik ini yaitu bahwa BTN adalah seorang tokoh politik yang tidak ambisius dalam kekuasaan yang ingin berkuasa terus-menerus.
“Jadi menurut saya bahwa lewat komitmen politik ini beliau memberikan Pendidikan politik kepada masyarakat MBD bahwa kekuasaan itu tidak boleh dimonopoli oleh segelintir orang saja atau klan dengan demikian harus ada keberlanjutan agar kekuasaan itu tidak kelihatan candu oleh segelintir orang saja.”
“Jadi komitmen politik yang saat ini yang dibuat oleh Pak Bunyamin adalah suatu upaya menjawab keresahan yang diakibatkan adanya ketakutan-ketakutan didalam masyarakat kepada elit politik,” tambahnya.
Pattilow melanjutkan, komitmen ini dilihat sebagai isu yang dikelola (digoreng) sana-sini sesungguhnya itu hanya semacam kecemburuan sosial politik, yang mana kebetulan ide yang sangat baik ini di “tangkap” duluan oleh BTN sebagai salah satu pendekatan perilaku politik yang diperlihatkan oleh pak Bunyamin sebagai upaya menjaga kepercayaan (truth) masyarakat.
“Dan tentunya hal ini sama sekali tidak mengambil alih kedaulatan rakyat MBD yang akan menentukan pemimpinnya yang akan datang sesudah Pak Bunyamin,” tegasnya.
Dirinya mengendus, tidak perlu menjadi kekhawatiran besar dalam tim. Sebab langkah yang baik ini justru menjadi pintu masuk konsensus politik masa depan MBD dikemudian hari.
Ditegaskan, realisasi “gentleman aggremant” ini akan bergantung kepada banyak hal termasuk capaian-capaian dari kesepakatan yang dibangun.
“Saya kira itu pointnya membaca komitmen politik pak Bunyamin Thomas Noach. Komitmen ini hanya dapat mengikat kedua belah pihak secara moril yang mengadakan kesepakatan secara personal bukan komunal dan tidak berpengaruh kepada pihak lain dalam hal ini calon wakil bupati,” bebernya.
Dalam kaitannya lanjut dia, BTN ketika nanti terpilih jadi Bupati dan Wakilnya, akan menjalankan tugas-tugas senantiasa tunduk kepada ketentuan negara (UU).
“Jadi point penting yang dapat kita tarik dari persoalan ini ialah bahwa Komitmen Politik berbasis kepercayaan (modal sosial) itu bertahan lama ketimbang komitmen politik berbasis rente/ekonomi yang mudah dilupakan,” kuncinya.*** CNI-02