PIRU, CakraNEWS.ID– LEMBAGA Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B, Piru Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) menciptkan sejumlah kerajinan berbasis produk industri kecil-menengah.
Produk yang dihasilkan berupa berbagai jenis mobiler seperti lemari, meja, kursi dan lain-lain. Selain itu, kerjinan tangan lainnya sperti pot bunga, tifa,nyiru dari serat bambu hingga mencetak bata untuk kebutuhan pembangunan rumah.
Kepala Lapas Kelas II Piru, Taufiq Rahman menyatakan, warga binaan pemasyarakatan (WBP) merupakan potensi SDM yang besar untuk membuat industri di lapas.
Meski potensi para Narapidana (Napi) begitu besar, tidak seluruhnya dapat berproduksi. Sebab, ada keterbatasan dalam segi anggaran maupun pelatihan kepada para WBP.
Ditemui di ruang kerjanya, Jumat (11/09), Taufiq mengaku, warga binaan selama berada di dalam jeruji besi dibina mulai dari menciptkan serta mengolah pertanian hingga pada jenjang kreativitas home industry lainnya.
“Bidang pertanian dalam hal ini membuat kebun Lapas Kelas II B untuk menanam, ubi Kayu, ubi jalar, jagung dan buah-buahan serta Sayur-sayuran. Hasilnya menjadi kebutuhan warga binaan dan sebagian dijual di pasar. Sdari hasil itu pula untuk membayar BMPP (Batas Maksimum Pemberian Pembiayaan) dan disetor ke Negara untuk Penerima Negara Bukan Pajak (PNBP),” ungkap Taufik.
Disamping pertanian lanjut Taufik, WBP juga membuat kerajinan tangan seperti membuat Mobiler,dari bahan baku kayu seperti lemari pakaian, rak tempat Televisi,nyiru yang terbuat dari serat Bambu, dan hiasan dari tempurung kelapa.
“Hasil dari kerajinan ini juga di pasarkan di luar apa bila ada pameran. Hasilnya sebagian disisipkan untuk kebutuhan warga binaan di Lapas, sebagian lainnya untuk mereka,” akuinya.
Taufik mangaku, bulan Oktober 2020 akhir September (bulan ini) Lapas Kelas II B Piru akan membuka Argo bisnis.
“Ini bentuk pembinaan kemandirian kepada WBP. Kelak narapidana ini punya ketrampilan. Jika nantinya mereka kembali ke lingkungan masyarakat (bebas) maka keterampilan yang sudah didaptkan disini dapat dipraktekan untuk memenunhi kebutuhan ekonomi keluarga.”
“Mereka giat berkerja selama di dalam Lapas. Jika keluar dari sini, mereka pulang bukan dengan tangan kosong melainkan ada Intensif dari hasil pekerjaan mereka,” tambah Taufik menjelaskan.
Meski berhasil membina WBP dengan sejumlah inovasinya, Taufiq tidak menapikan adanya kendala di Lapas yang ia pimpin.
Kendala yang utama kata dia adalah sarana dan prasarana yang belum memadai.
Sejauh ini lanjut Taufik, Lapas kelas II B Piru sudah bekerja sama dengan Dinas perindustrian dan perdangangan kabupaten SBB dan sudah di setujui oleh Kepala Dinas Perdanganggan Soleman Kibas.
Untuk memenuhi kebutuhan WBP sehari-hari, hasil pertanian (kebun) dibelikan oleh pihak ke tiga untuk di konsumsi sehari-hari di Lapas sesuai dengan jadwal menu yang ada .
“Di Tahun 2020 ini sudah 90 persen yang sudah di setor ke negara. Sementara target Lapas Piru dari Pusat itu hanya Rp. 2.450.000 dan itu sudah mencapai 90 persen. Jadi kemungkinan sampai dengan Bulan Drsember 2020 Lapas Piru telah melewati target yang di berikan dari pusat,” pungkas Taufiq.*** CNI0-03