Ambon, CakraNEWS.ID– Bulan Agustus merupakan bulan yang spesial bagi Bangsa Indonesia, terkhususnya juga bagi orang Maluku. Hal ini tentu karena di bulan ke delapan sejarah mencatat Bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya dari penjajah, tepatnya di tanggal 17 Agustus 1945.
Bagi orang Maluku sendiri, Agustus merupakan bulan yang penting karena tepat dua hari setelah pernyataan kemerdekaan oleh Bung Karno dan Bung Hatta, hasil sidang PPKI di tanggal 19 Agustus menetapkan Maluku sebagai salah satu dari delapan provinsi pertama di Indonesia.
Meskipun secara administratif, provinsi Maluku berusia 76 tahun, namun sejarah kita jauh lebih panjang. Nama Maluku dikenal lebih lama dan luas sampai ke mancanegara, sejak jaman perdagangan rempah-rempah.
Kepulauan Banda sebagai sentra adalah primadona dan ’surga’ yang dicari para pedagang dunia, mulai dari para pedagang Arab, Cina, India, dan terakhir bangsa mata biru. Mereka berlomba-lomba mencapai Maluku, dan Banda lebih khusus.
Kedatangan orang-orang dari luar Maluku, ditambah dengan kekhasan budaya asli kita melahirkan keberagaman budaya dan tradisi. Itulah mengapa, kita dapat menemukan orang Maluku dengan raut wajah Arab di Jazirah Leihitu dan di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, tetapi juga ada orang Maluku dengan mata cokelat dan mata hijau dari Maluku Barat Daya. Kekhasan dan keberagaman kuliner juga menjadi daya tarik Maluku.
Terakhir, dari segi musik dan tarian, Maluku juga mendapat banyak pengaruh dari luar yang makin menambah keberagaman. Musik dan tarian seperti orlapei dan katreji kental akan budaya Eropa, khususnya Portugis.
Tradisi dan budaya di Maluku Tengah dan Pulau Seram jauh berbeda dengan yang ada di Maluku Tenggara, begitu pula dengan yang ada di Pulau Buru dan di Kepulauan Aru. Selalu ada hal-hal unik dan baru yang akan ditemukan dan berbeda dari satu gugus pulau ke gugus pulau lainnya.
Maluku Celebration Festival, merupakan pengembangan dari Festival Teluk Ambon yang setiap tahunnya dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Maluku melalui Dinas Pariwisata.
Secara gramatikal kami menyadari sungguh adanya penggunaan terminologi ”Celebration Festival” adalah suatu ’redundant’.
Namun demikian, mengikuti saran dan ketentuan dari Kemenparekraf RI bahwa seluruh event pariwisata harus mengikuti wadah atau platform festival.
Sehingga brand Maluku Celebration tidak hanya dilihat dari segi gramatikal saja, tetapi juga harus dilihat dari segi publikasi yang ingin mendapat aksentuasi yang kuat.
Dengan demikian, Maluku Celebration Festival boleh dianggap sebagai suatu kekuatan untuk mempromosikan pariwisata Maluku. Kemenparekraf RI juga memberikan respon positif terhadap event ini.
Festival yang mengusung brand Maluku Celebration, diharapkan agar benar-benar mewakili Maluku dan merayakan Maluku secara utuh.
Dalam rangka itulah, tema tahun ini ditetapkan ”Celebrating Unique Culture”, merayakan keunikan budaya daerah kita.
Festival ini adalah tentang merayakan keberagaman dan keunikan budaya Maluku. Di dalam festival ini hadir pameran produk ekonomi kreatif dari 11 Kabupaten/Kota dan diaspora Maluku di negeri Belanda, suguhan tarian dan musik tradisional dan musik modern bentuk kreatifitas milenial daerah serta dua talkshow dengan tema yang menarik.
Khusus untuk talkshow, tema yang diangkat adalah ”Musik Sebagai Lokomotif Pendorong Ekonomi Kreatif Maluku” yang melibatkan musisi nasional berdarah Maluku, beberapa musisi daerah dan budayawan. Sedangkan tema talkshow kedua adalah ”Apa Arti Maluku Par Beta?”, sebuah refleksi bagi diaspora Maluku di luar negeri.
Talkshow kedua ini melibatkan beberapa diaspora Maluku dari Australia, Belanda, Inggris dan Amerika Serikat. Tujuan akhirnya tentu saja untuk mempromosikan Maluku. Tema perayaan kemerdekaan Indonesia tahun ini adalah ”Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh”.
Rasanya tidak apa-apa jika tema yang sama juga dipakai untuk tagline ulang tahun Provinsi Maluku tahun ini, ”Maluku Tangguh, Maluku Tumbuh”.
Jika kita padankan bersama dengan tema festival tahun ini, ”Celebrating Unique Culture”, ada sebuah harapan bagi orang Maluku, bagi anak cucu kita kelak. Merayakan keberagaman budaya Maluku, dan berharap euforia ini menjadi pelecut semangat agar memajukan Maluku dengan segala upaya dan daya.
Semoga sektor pariwisata dapat memberi kontribusi bagi kemajuan Maluku. Dinas Pariwisata Maluku selalu berada dalam konsep berpikir orang Maluku yang terbuka ”Toma Maju, Pele Putus Malintang Pata”.
Artikel ini sepenuhnya dikutip dari website resmi Dispar Provinsi Maluku:
https://dispar.malukuprov.go.id/maluku-celebration-festival-2021-merayakan-keberagaman-dan-keunikan-budaya-maluku/