Denpasar,CakraNEWS,ID- Saksi sejarah pertempuran Laut Arafura, Provinsi Maluku, tanggal 15 Januari 1962 antara TNI Angkatan Laut Indonesia melawan Belanda, Peltu (Pur) I Dewa Made Pegeg, ABK RI Matjan Kumbang, tutup usia, pada Jumat (1/2/2019) di Rumah Sakit Bali Med Denpasar pada pukul 10.12 WITA
Penggalan kisah pernah dialami secara langsung oleh Putra terbaik asal Pulau Dewata, sang mantan ABK RI Matjan Kumbang yang berhasil lolos dari cengkraman serangan jenis Neptune dan Frely milik Belanda saat pertempuran di Laut Arafura.
Kisah sejarah pun di saksikan secara langsung oleh Peltu (Pur) I Dewa Made Pegeg (Almarhum) tentang kisah heriok penyerangan pesawat jenis Neptune dan Frely milik pasukan udara Belanda menyerang RI Matjan Tutul (650), RI Matjan Kumbang (653) dan RI Harimau (654) milik Indonesia yang sedang berpatroli pada posisi 04,49° LS dan 135,02° BT. Komodor Yos Sudarso gugur pada pertempuran ini setelah menyerukan pesan terakhirnya yang terkenal, “Kobarkan semangat pertempuran”.
Armada Indonesia di bawah pimpinan Komodor Yos Sudarso, yang saat itu berada di KRI Macan Tutul, berhasil melakukan manuver untuk mengalihkan perhatian musuh sehingga hanya memusatkan penyerangan ke KRI Macan Tutul. KRI Macan Tutul tenggelam beserta awaknya, tetapi kedua kapal lainnya berhasil selamat.
Kisah penuh haru ini mengiringi prosesi pemakaman sang mantan ABK RI Matjan Kumbang, yang dipimpin secara langsung oleh Komandan Pangkalan TNI AL (Lanal) Denpasar Bali Lantamal V, Kolonel Laut (P) Henricus Prihantoko bertindak sebagai Inspektur Upacara Perabuan Peltu (Pur) I Dewa Made Pegeg yang dikebumikan di pemakaman umum Desa Samsam Kec. Kerambitan Tabanan Bali, Minggu Sore (3/2/2019).
Almarhum Peltu (Pur) I Dewa Made Pegeg adalah orang tua dari Kadiskesal Laksamana TNI dr. I Dewa Gede Nalendra Djaya Iswara, Sp.B, Sp,BTKV (K).
Kini, prajurit yang gagah berani tersebut telah dipanggil Yang Maha Kuasa, untuk melepasnya pun dilaksanakan secara militer di pemakaman umum Desa Samsam Kecamatan Kerambitan Tabanan. Upacara dilakukan dalam dua tahap yakni upacara pelepasan di kediaman Almarhum serta upacara pelepasan di tempat perabuan di pemakaman.
“Pelepasan di kediaman, dilepas atas nama keluarga menyerahkan kepada negara untuk diupacarakan secara militer, kemudian di tempat pemakaman jenazah dilepas oleh negara untuk diserahkan kepada Ibu Pertiwi,”.
Upacara perabuan yang dilaksanakan hari Minggu Sore pukul 18.00 Wita itu, diiringi tembakan senjata api (Salvo) oleh enam prajurit TNI AL Lanal Bali sebagai bentuk penghormatan terakhir salah satu anggota pejuang Veteran RI tersebut.
Pelaksanaan upacara secara militer tersebut bertindak sebagai Inspektur Upacara Komandan Pangkalan TNI AL Denpasar, dengan Komandan Upacara Kapten Laut (S) Santo Harefa, dan diikuti oleh peserta Upacara 1 Ton Perwira Lanal Denpasar, 1 regu Korsik Ajendam IX/Udayana, 1 Ton Kodim 1619/Tabanan, 1 Ton Ba/Ta Lanal Denpasar, 1 Ton Baminkamtibmas Polres Tabanan.
Semasa hidup, Peltu (Purn) I Dewa Made Pegeg adalah pelaku sejarah pertempuran di Laut Arafuru yang bertugas di KRI Matjan Kumbang yang ikut bertempur secara heroik dimedan pertempuran melawan kapal perang Destroyer Belanda di Laut Arafuru pada 15 Januari tahun 1962, 57 tahun silam, tanda jasa yang dimiliki SL.VIII Th, SL.XVI Th, SL.XXIV Th, SL. Nararya, SL. Seroja, SL. Wira Dharma (Dwi Warna), SL. Dwidyasista dan Veteran Pembela Pejuang Kemerdekaan RI.
Turut hadir dalam upacara perabuan Laksda TNI (Pur) Ari Atmaja (Mantan Asops Kasal), Dandim 1619/Tabanan, Ketua Jalasenastri Cabang 10 lanal Denpasar, Palaksa Lanal Denpasar, serta para Perwira Staf dan keluarga Almarhum. Upacara perabuan disaksikan rombongan keluarga dan kerabat dari Peltu Pur I Dewa Made Pegeg yang tiba bersama jenazah di lokasi pemakaman, serta sejumlah kolega dan ratusan pelayat dari masyarakat sekitar.
Penggalan kisah sejarah pertempuran heriok di laut Arafura, hari H untuk pelaksanaan operasi penyusupan adalah Senin, 15 Januari 1962. Pada H minus tiga (-3), semua kapal ALRI telah merapat di rendezvous point di sebuah pulau di Kepulauan Aru.
Pasukan yang sudah diturunkan dari Hercules AURI juga sudah diangkut kapal dari Letfuan menuju pulau tersebut. Pada hari pertama di titik itu, pesawat-pesawat Belanda sudah datang mengintai. Hal yang sama terjadi pada H -2 dan H -1.
Hari H pukul 17.00 waktu setempat, tiga kapal mulai bergerak. KRI Harimau berada di depan, membawa antara lain Kolonel Sudomo, Kolonel Mursyid, dan Kapten Tondomulyo. Di belakangnya adalah KRI Matjan Tutul yang dinaiki Komodor Yos Sudarso. Sedangkan di belakang adalah KRI Matjan Kumbang.
Menjelang pukul 21.00, Kolonel Mursyid melihat radar blips pada lintasan depan yang akan dilewati iringan tiga kapal itu. Dua di sebelah kanan dan satu di kiri. Blips tersebut tidak bergerak, menandakan kapal-kapal sedang berhenti. Ketiga KRI kemudian melaju. Tiba-tiba terdengar dengung pesawat mendekat, lalu menjatuhkan flare yang tergantung pada parasut. Keadaan tiba-tiba menjadi terang-benderang, dalam waktu cukup lama. Tiga kapal Belanda yang berukuran lebih besar ternyata sudah menunggu kedatangan ketiga KRI.
Kapal Belanda melepaskan tembakan peringatan yang jatuh di samping KRI Harimau. Kolonel Sudomo memerintahkan untuk balas menembak namun tidak mengenai sasaran. Komodor Yos Sudarso memerintahkan ketiga KRI untuk kembali. Ketiga kapal pun serentak membelok 180°.
Naas, KRI Matjan Tutul macet dan terus membelok ke kanan. Kapal-kapal Belanda mengira manuver berputar itu untuk menyerang mereka. Sehingga mereka langsung menembaki kapal itu. Tembakan pertama meleset, namun tembakan kedua tepat mengenai KRI Matjan Tutul. Menjelang tembakan telak menghantam kapal, Komodor Yos Sudarso meneriakkan perintah, “Kobarkan semangat pertempuran!”. (CNI-01)