Bula, CakraNEWS.ID– Yayasan Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI) didukung Pemerintah Jepang melalui Japan Social Development Fund (JSDF) memulai Program Pengembangan Penghidupan Masyarakat yang Inklusif di Perdesaan Kawasan Indonesia Timur (BangKIT) di Kabupaten Seram Bagian Timur.
Pertemuan koordinasi awal telah dilaksanakan Yayasan BaKTI bersama Pemerintah Daerah Kabupaten Seram Bagian Timur pada awal hingga pertengahan April 2023 telah menyepakati 30 desa untuk menjadi wilayah target program ini. Pertemuan tersebut juga menyepakati untuk membentuk kelompok kerja (Pokja) penghidupan berkelanjutan di tingkat kabupaten yang akan bertugas mengawal dan memberikan dukungan yang diperlukan dalam implementasi program BangKIT di Kabupaten Seram Bagian Timur. Tim Pokja Penghidupan Berkelanjutan terdiri dari unsur-unsur OPD (organisasi perangkat daerah) strategis seperti Bappeda, Dinas PMD, Dinas Pertanian, Dinas Perikanan dan beberapa OPD lainnya.
Tim program BangKIT menyusun rancangan panduan mekanisme yang akan digunakan dalam pengembangan perencanaan penghidupan berkelanjutan di desa selama masa program. Untuk itu dilakukan proses konsultasi atas mekanisme yang menjadi inti dari panduan yang dibuat tersebut bersama tim pokja penghidupan berkelanjutan kabupaten yang telah terbentuk sebelumnya.
Adapun tujuan dari pertemuan konsultasi ini adalah untuk membahas rancangan mekanisme perencanaan penghidupan desa yang telah disusun agar mendapatkan umpan balik yang relevan sesuai dengan kondisi di Kabupaten Seram Bagian Timur.
Hari kamis 25 Mei 2023 bertempat di Kafe Sigafua, Bula dilaksanakan pertemuan konsultasi tersebut yang dihadiri sebanyak 18 peserta anggota Pokja dari berbagai OPD terkait di Kabupaten SBT. Hadir memberikan sambutan sekaligus membuka acara ini adalah Asisten II Setda Kabupaten SBT bapak Idris Boufakar. Dalam sambutannya ia mengungkapkan bahwa pemerintah Kabupaten SBT siap mendukung implementasi program BangKIT melalui kolaborasi yang melibatkan pendamping/fasilitator dari masing masing OPD terkait yang ada di desa.
Direktur Eksekutif Yayasan BaKTI Bapak Muhammad Yusran Laitupa dalam sambutannya menyampaikan bawah salah satu fokus dari program ini adalah bagaimana mengubah mindset masyarakat dalam menyusun perencanaan pengembangan penghidupan di Desa. “Desa memiliki banyak potensi sumberdaya alam, ironisnya justru masyarakat tergantung pada produk pangan dari luar desa misalnya sayuran dan ikan untuk kebutuhan rumah tangga, sementara masyarakat punya potensi lahan sekitar rumah yang tidak dimanfaatkan” ungkapnya.
Dalam pertemuan ini, Kepala Bappeda SBT yang juga tergabung sebagai bagian dari Tim kerja kabupaten yang dibentuk sebagai hasil tindak lanjut konsultasi awal program BangKIT dan pemda SBT, menyampaikan progress terkait legalitas Pokja dalam bentuk penetapan SK (Surat Ketetapan) Pokja yang memuat informasi berupa nama dan asal OPD serta tugas dan fungsinya. Tim Pokja ini selanjutnya akan berkoordinasi erat dengan tim Program BangKIT untuk berkolaborasi dalam mencapai tujuan program BangKIT.
Hal penting lainnya yang menjadi kesepahaman bersama adalah bahwa dalam pelaksanaan program BangKIT perlu memastikan sinergitas dan kolaborasi yang baik antara tim program BangKIT dengan para perangkat/pendamping masyarakat yang menjadi perpanjangan tangan OPD yang ada seperti tenaga penyuluh lapangan dan tenaga pendamping di desa sehingga dapat mengoptimalkan proses perencanaan penghidupan berkelanjutan di desa.
Program BangKIT adalah program kerjasama Bank Dunia dengan Yayasan BaKTI yang bermitra dengan pemerintah desa dan kabupaten di Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku, dan Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur.