“Memandang di laut yang lepas, alam yang asri, suara burung cendrawasih bersahutan. Bila kita ingin berjejak, jejaklah di pusaran Kaimana bumi hijau yang menghipnotis pecinta wisata alam.” (Oleh: Baim Abdullah Rumadaul | Reporter CakraNEWS.ID)
Papua, CakraNEWS.ID – Di ujung timur Nusantara, ketika mentari mulai merunduk di ufuk barat dan langit melukis dirinya dengan semburat jingga keemasan, berdirilah sebuah bukit yang menjadi saksi bisu keindahan hari-hari yang pergi dengan anggun seindah mahkota baru di atas kepala Kabupaten Kaimana, Papua Barat.
Dimana tersimpan sebuah permata wisata yang belum banyak terjamah, namun menyimpan keindahan yang mampu menyihir siapa saja yang bertandamg kesana. Namanya Bukit Tujuh Senja. Sebuah destinasi yang tidak hanya menawarkan panorama menawan, tetapi juga menyimpan filosofi, harapan, dan potensi besar bagi pengembangan pariwisata lokal.
Kaimana, yang dikenal sebagai Kota Senja, telah lama menjadi magnet bagi pelancong yang memburu keindahan matahari terbenam di ufuk timur nusantara. Namun kini, dengan hadirnya Bukit Tujuh Senja, kota ini seolah memiliki mahkota baru yang memperkaya pesona alamnya.
Nama Bukit Tujuh Senja diangkat dari sebuah judul film yang mengangkat latar keindahan Kaimana. Lokasinya terletak di jalur menuju Kolam Sisir, hanya sekitar 150 meter dari pinggir jalan utama. Akses yang cukup mudah ini menjadikannya destinasi yang ramah untuk semua kalangan, mulai dari pelancong muda, pencinta alam, hingga keluarga yang ingin menikmati senja dari ketinggian.
Begitu tiba di puncak bukit, pengunjung akan disambut oleh panorama alam yang luar biasa. Hamparan laut biru terbentang luas, seolah tak berujung, berpadu dengan kehijauan pepohonan dan barisan bukit yang mengelilingi kota. Saat matahari mulai merendah, langit Kaimana berubah menjadi kanvas emas jingga, dan dari sinilah nama “Tujuh Senja” menemukan maknanya yang puitis.
Bukit Tujuh Senja tidak hanya menjadi tempat untuk menikmati keindahan visual, tetapi juga menjadi simbol harapan akan kemajuan pariwisata lokal. Pemerintah Daerah Kaimana melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata telah menyediakan kawasan ini bagi masyarakat dan wisatawan sebagai alternatif untuk menikmati panorama kota dari sudut pandang yang berbeda.
Namun, di balik keindahannya, Bukit Tujuh Senja masih membutuhkan sentuhan dan perhatian lebih. Fasilitas dasar seperti toilet umum, tempat duduk, papan informasi, serta perbaikan akses jalan menjadi kebutuhan mendesak. Apalagi, lahan tempat destinasi ini berdiri merupakan tanah adat milik masyarakat lokal, yang berarti pengelolaan dan pengembangan tempat ini harus dilakukan dengan pendekatan budaya dan kearifan lokal.
Dilansir dari kaimananews.com salah satu pemerhati pariwisata Kaimana, Lukas Surbay, mengungkapkan pandangannya saat ditemui di lokasi. Menurutnya, potensi Bukit Tujuh Senja sangat besar jika ditata dan dikelola secara profesional.
“Tempat ini cukup bagus, tapi harus ditata lebih baik. Mulai dari akses jalan masuk, tempat duduk, toilet, dan fasilitas lainnya. Semua itu penting supaya pengunjung merasa nyaman dan betah berlama-lama,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya kesadaran kolektif pengunjung dalam menjaga kebersihan dan keasrian lingkungan. Lukas menyayangkan kondisi patung huruf “7ujuh Senja” yang telah dipenuhi coretan dan vandalisme.
“Ini sangat disayangkan. Tempat sebagus ini jadi kurang sedap dipandang karena ulah segelintir orang yang tidak bertanggung jawab,” katanya prihatin.
Seruan Lukas menjadi alarm bagi semua pihak baik pemerintah, masyarakat adat, hingga wisatawan untuk mulai melihat Bukit Tujuh Senja sebagai aset bersama yang harus dijaga dan dikembangkan. Jika dikelola dengan bijak, tempat ini bukan hanya menjadi magnet wisatawan, tetapi juga sumber ekonomi baru bagi warga lokal.
Pemerintah Daerah diharapkan segera mengambil langkah strategis untuk penataan lanjutan. Ini bisa berupa penyediaan sarana pendukung, pembentukan kelompok sadar wisata (Pokdarwis), hingga penguatan kerja sama dengan masyarakat adat sebagai pemilik lahan.
Karena di setiap sudut senja yang terlihat dari atas Bukit Tujuh Senja, tersimpan harapan akan masa depan yang lebih cerah bagi pariwisata Kaimana. Tempat ini bukan sekadar lokasi menatap matahari terbenam tetapi juga simbol bahwa keindahan alam Papua, bila dirawat dengan cinta dan kebijaksanaan, bisa menjadi cahaya terang yang membawa perubahan.***Redaksi-CNI