Ambon,CakraNEWS.ID-Kurang lebih Lima hari gelaran fashion Show First Stage, New York digelar dan diikuti Ina Latu Maluku, Widya Pratiwi Murad. Ajang yang digelar itu dikhususkan untuk meperkenalkan corak khas nusantara tenun ikat Tanimbar ke dunia Internasional. Tenun Tanimbar oleh orang Maluku sendiri memiliki ciri khas dan sudah dikenal di tingkat lokal dan Nasional.
Dengan agenda fashion Show First Stage di New York City, Amerika, menjadikan nama Tanimbar khususnya dan Maluku serta lokalitasnya dikenal luas dunia Internasional dalam bidang fashion khsusnya.
Ina Latu Widya Pratiwi menyatakan, dalam agenda tersebut, ada Sepuluh desainer dan brand Indonesia yang mengikuti Fashion Show First Stage di negeri Pama Sam tersebut. Bahkan di acara itu juga diadakan kelas tarian Maluku dan diminati pengunjung yang hadir.
Untuk diketahui, ini bukanlah kali pertama Tenun Tanimbar diperkenalkan pada ajang Internasional, sebelumnya Ina Latu Maluku memperkenalkan pada fashion show dalam ajang Festival Indonesia di Elizabeth Quay, Perth, Australia, 25-28 Oktober 2019 lalu.
Widya menjelaskan, ini merupakan bentuk dari kecintaan dan kepedulian beliau selaku Ibu untuk Anak-Anak Maluku terhadap Budaya Lokal di bumi raja-raja.
Menurut Widya, Tenun Tanimbar saat ini menjadi salah satu daya tarik tersendiri di ajang internasional dan sangat di minati oleh warga Paman Syam saat hadiri acara Fashion Show First Stage new York.
“Menjadi kebanggan tersendiri, tenun tanimbar mendunia dan sangat di minati oleh warga Amerika, bahkan ini bukan kali pertama saya selaku Ina Latu Maluku mempromosikan Tenun Tanimbar, sebelumnya ditahun 2019 sempat di promosikan pada ajang fashion show Elizabeth Quay, Perth, Australia,” ungkap Widya.
Sementara Konsul Jendral RI di New York Winanto Adi menyambut baik ajang First Stage tersebut.
Sebab, selain bisa mempromosikan Indonesia, diharapkan negara Indonesia bisa masuk dan bersaing di pasar Amerika, mengingat produk dan desain Indonesia tidak kalah dengan yang ada di Amerika terutama di New York.
Tentang Tenun Ikat Tanimbar & Fakta Menariknya
BERKAT keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia, tiap daerah pun memiliki produk tekstil yang mencerminkan filosofi kehidupan masyarakat setempat. Tidak ketinggalan dengan kain khas Maluku, yaitu kain tenun Tanimbar.
Kain khas Maluku ini bukan hanya indah karena kombinasi warna-warnanya. Motif-motif yang ada di dalamnya menceritakan filosofi kehidupan masyarakat setempat sehingga ia menawarkan pesona tersendiri.
TENUN Tanimbar berasal dari Kepulauan Tanimbar, Maluku Tenggara Barat. Sekilas melihatnya, motif kain khas Maluku ini tampak sederhana. Akan tetapi, di baliknya penuh dengan makna kehidupan.
Bahkan karena begitu sederhananya, keindahan kain tenun tanimbar kadang sulit dimengerti.Untuk memahami keindahannya, harus paham terlebih dulu motif-motifnya.
Selain itu, meski setiap daerah di Tanimbar memiliki tenun dengan ciri khasnya masing-masing, tetapi motif tenun tanimbar pada umumnya memiliki filosofi yang sama di baliknya.
Sumber inspirasi motif tenun tanimbar bisa datang dari lingkungan sekitar, seperti dari detail-detail terkecil dalam kehidupan. Sebab, mereka yakin para leluhur mencoba melihat keindahan dari alam, sekecil apa pun bentuknya.
Mulai dari jentik nyamuk, ulat, hingga hati jagung. Salah satu daerah penghasil tenun di Kepulauan Tanimbar adalah Yamdena.
Di sana, bisa melihat terdapat empat jenis kain, yakni Tais Matan, Tais Anday, Tais Maran, dan Ule Rati.
Berikut ini penjelasan dari masing-masing motif kain tenun tanimbar:
- Tais Matan identik dengan motif utama di ujung kain. Sementara, sisanya didominasi oleh garis.
- Tais Anday memiliki bagian ujung yang dihiasi garis hitam-putih dan motif utama di tengah.
- Tais Maran menampilkan garis di bagian tengah dan motif utama di ujung.
- Ule Rati hadir dengan motif berbentuk ulat yang tersebar di seluruh kain.
Selain itu empat jenis kain tersebut, ada juga beberapa motif lainnya. Seperti misalnya motif Lelemuke atau bunga anggrek merupakan salah satu motif utamanya.
Bagi masyarakat Tanimbar, bunga anggrek adalah perlambang kecantikan, keagungan, dan keuletan. Selain itu, ada juga motif Sair yang menyimbolkan semangat masyarakat Tanimbar dalam berkarya dan menekuni kehidupan, mempertahankan identitas, membela, dan melindungi wanita.
Emansipasi wanita memang sudah lama diakui sejak zaman leluhur Tanimbar. Tenun Tanimbar juga dikenal dengan motif Tunis atau anak panah.
Motif ini merefleksikan kesigapan masyarakat Tanimbar terhadap ancaman. Bagi wanita Tanimbar, motif ini juga bisa bermakna kekuatan dan kesiapan mental untuk menghadapi rintangan hidup.
Setelah memahami makna motif kain khas Maluku ini, mungkin menyadari bahwa keunikan tersebut yang membuat harga kain khas Maluku tersebut cukup mahal. Tidak hanya karena motifnya, tetapi juga karena lamanya proses pengerjaan juga.
Lagi pula, awalnya kain tenun ini sebenarnya tidak ditujukan untuk dijual. Kain khas Maluku ini umumnya menjadi mas kawin yang diberikan keluarga lelaki kepada pihak perempuan.
Kemudian, kain tenun tersebut akan disimpan dan hanya dijual jika memang benar-benar membutuhkan uang. Proses produksi kain tenun khas Maluku ini juga tidak menggunakan alat modern.
Masyarakat Maluku umumnya akan menggunakan pemintal tradisional dengan menggunakan benang dari kapas. Selain itu, pewarnaannya juga tidak menggunakan pewarna buatan, melainkan menggunakan pewarna alami yang berasal dari akar kayu dan dedaunan.
Namun, ada pantangan bagi masyarakat Tanimbar untuk menenun ketika ada kerabat yang meninggal. Mereka menganggap bahwa suara yang dihasilkan dari alat tenun diyakini dapat membangkitkan arwah dari liang kubur.
Uniknya lagi, tenun Tanimbar juga bisa dipakai oleh siapa saja tanpa memandang posisi di masyarakat, entah itu raja atau rakyat biasa.
Ini karena masyarakat Tanimbar menganut sistem kekerabatan ‘Lebit Lokat’ atau ‘emas untuk semua’ yang bermakna setiap individu memiliki hak dan kewajiban yang setara. Cara memakai kain khas Maluku ini pun beragam, bisa dijadikan pakaian, atau bahkan kain penutup kepala untuk menyambut tamu.*** CNI-02
sumber