Upacara Tehununa juga dapat dilihat sebagai elemen pemersatu dalam masyarakat Negeri Luhu. Sebagaimana melihat ada upaya partisipasi hidup bersama bersaudara untuk menghilangkan dendam antara anatara satu dengan yang lain.
Oleh: Farham Suneth, M.Si
Ambon, CakraNEWS.ID– Historisasi marga Makatita sebagai inisiasi terbentuknya ritual adat Tehununa di Negeri Luhu, Huamual di Seram Bagian Barat (SBB). Merupakan sebuah penjewantahan dari lahirnya nama dari Marga Makatita itu sendiri. Prosesi Tehununa dalam perkembangannya diawali dari Marga Makatita ketika hadir ditengah-tengah masyarakat Negeri Luhu, dengan membawa berbagai aneka macam makanan dan buah-buahan. Tehununa yang dibawakan oleh marga makatita mempunyai makna penghormatan kepada roh nenek moyang.
Tehununa di Negeri Luhu tidak terlepas dari kebudayaan Hindu-Budha. Sebab kebudayaan Hindu-Budha yang pada waktu itu bersentuhan dengan masyarakat Luhu, pada prinsipnya melahirkan suatu yang berbentuk sesajian (makanan yang disajikan untuk makhluk gaib/halus), yang sampai pada sekarang masih bertahan dan telah mengalami perubahan seiring dengan masuknya agama islam.
Proses Perayaan Upacara Tehununa
Pelaksanaan Upacara Tehununa ditempatkan pada 27 likur (puasa ke 27) merupakan suatu langkah dari penganut agama islam yaitu pada bulan Ramadhan sebagai bulan yang penuh hikmah yang mengandung banyak keberkahan rezeki, dan di pilih tanggal 27 likur atau puasa ke 27 dengan pendapat bahwa 27 Ramadhan merupakan hari dimana datannya malam lailatur qadar.
Proses pembuatannya dengan memakai pohon kayu sebagai sarana untuk meletakan sesajian yang pada waktu itu dilakukan oleh “nenek moyang” Marga Makatita. Proses pembuatannya dengan meletakan atau menggantungkan berbagai makanan pada masing-masing ranting, pohon kayu, sehingga proses adat ini di namakan Tehununa atau pohon kayu.
Tehununa Makatita merupakan jenis Tehununa yang mengandung unsur nilai kesakralan yang kemudian mengikat untuk dipertanggungjawabkan dalam proses-proses upacarannya.Upacara tehununa marga makattita ini berawal dari niat untuk membuatnya. Apabila marga makatiita berembuk dan tidak niat untuk melakukannya, maka kemudian mereka tidak melakukannya dan tidak mendapatkan musibah atau kutukan. Tetapi proses upacara tehununa dilakukan ketika niat yang dilakukan dan apabila niat itu tidak dilakukan maka akan terjadi musibah di marga makatita berupa cacak fisik.
Sebelum diadakan Ritual Tehununa langkah awal yang dilakukan oleh Marga Makatita yakni dengan proses pencarian dan pemberian tanda terhadap pohon kayu yang akan diijadikan Upacara tehununa. Proses ini dilakukan pada puasa ke-25. Serta melibatkan ada satu diantara marga makatita yang dipercayakan untuk mencari pohon kayu yang pas dan cocok untuk tehununa. Setelah proses pencarian dan telah diitemukan pohon kayu tersebut, maka didakan perembukan atau musyawarah dianatara petuah-petuah dari marga keturunan marga makatita untuk besoknya (puasa ke-26) dilangsungkan proses pengambilan pohon kayu tersebut. Pengambilan pohon kayuu itu hanya dilakukan oleh marga makatita dan juga sebelum proses pengambilannya dilangsungkkan Tahlilan oleh petuah-petuah atau sesepuh-sesepuh makatita. Kemudian setelah iitu baru diadakan proses pengambilan. Dan pengambilan kayu itu dilangsungkan pada pagi hari.
Proses pengambilan pohon kayu dilakukan pada suatu tempat yang memang banyak ditumbuhi oleh kayu tehununa ini, tempat itu bagi masyarakat Negeri Luhu dikenal dengan nama“gunung malintang”, nama dari pohon kayu ini bagi masyarakat Negeri Luhu dikenal dengan nama “ai ulate” atau kayu gunung. Kayu ini hanya tumbuh pada daerah “gunung malintang” dan dikenal masyarakat umum dengan sebutan nama kayu meranti. Pohon kayu ini bertumbuh hanya pada daerah gunung malintang yang terletak pada belakang negeri Luhu. Pohon ini tidak bertumbuh pada daerah hutan ataupun dusun lain yang bertempat di negeri luhu.
Selesai proses pengambilan pohon kayu, dilangsungkan dengan acara penanaman pohon kayu tersebut ditancapkan di alun-alun rumah marga makatita(rumah tua makatita), dalam proses penanaman pohon kayu ini dilakukan dan dihadiri oleh marga makatita. Kemudian dilakukan pada sore hari (setelah selesai shalat ashar).
Pasca proses penanaman pohon kayu pada sore hari, maka dilangsungkan dengan proses penggantungan aneka makanan, yang telah disediakan pada tengah hari setelah selesai shalat zuhur, maka dengan itu digantungkan aneka makanan berupa ketupat, kue dan buah-buahan. Jenis-jenis buah-buahan yang di gantungkan di pohon sebagai bahan sesajian berupa nanas,langsat,mangis,kelapa,pisang,mangga dan lain-lain. Aneka Buah-buahan banyak digantungkan apabila bertepatan pada musim panen buah-buahan di dalam Negeri tersebut yang merupakan bagian dari hasil tanaman warga Negeri Luhu tersebut. Setelah itu baru uang digantunngkan pada posisi teratas paling unjung pohon kayu tersebut.
Setelah proses, kemudian dilanjutkan dengan proses perebutan aneka makanan setelah selesai shalat azhar. Sebulum diadakan perebutan, maka diadakan pula perembugkan atau semacam tahlilan yang dilakukan oleh petuah-petuah Marga Makatita dan setelah selesai tahlilan maka petuah atau sesepuh marga Makatita (orang yang paling tua di marga Makatita) memberikan semacam aba-aba sebagai isyarat dimulainnya proses perebutan aneka makanan pada ritual Tehununa tersebut. Perebutan itu dilakukan oleh warga masyarakat negeri luhu baik orang tua, pemuda dan anak-anak.
Merawat dan Perkuat Silaturahmi
Upacara Tehununa juga dapat dilihat sebagai elemen pemersatu dalam masyarakat Negeri Luhu. Sebagaimana melihat ada upaya partisipasi hidup bersama bersaudara untuk menghilangkan dendam antara anatara satu dengan yang lain. Kemudian menjadi ajang silaturrahmi dan persaudaraan di antara warga sesama Negeri. Pada waktu puncak Upacara Tehununa di jalankan, misalnya, yaitu warga berbondong merebut makanan yang digantungkan pada pohon tersebut, kemudian warga akan melebur menjadi satu untuk menikmati makanan gantungan pada upaccara Tehunuana, yaitu berupa ketupat,kue,buah–buahan. Sehingga warga dalam kebersamaan,ceria,tertawa serta bergembira bersama sambil menyaksikan perebutan makanan yang digantung tersebut.
Kemudian Perkembangannya, warga Negeri Luhu mengembangkanya dengan merawat tradisi tehununa ini. Yang telah berkeluarga (rumah tangga) dan mempunyai anak membuat tehununa pada masing-masing rumah yang bertempat didalam rumah warga yang berbentuk macama-macam. Bentuk tehununa ada yang memakai berbagai macam pohon, seperti adanya pohon langsat,pohon pinang,pohon pisang dan lain-lain.Bentuk tehununa ini namanya tehununa umum buat Negeri Luhu. Proses ini hendak dijalankan, pada umumnya anak-anak di negeri ini semuanya berpuasa, sehingga ritual ini juga berfungsi sebagai saran pengendali emosi dalam menjalankan ibadah puasa, khususnya bagi anak-anak. Dalam proses ini orang tua dituntut untuk bagaimana membina mental anak-anaknya didalam menjalankan ibadah puasa, dan mengajari anak-anaknya untuk mengetahui kehidupan setelah yakni kematian.
Ada rasa solidaritas sesama marga dengan rasa tanggung jawab warga Negeri Luhu dalam melestarikan dan menjaga upacara Tehununa Makatita ini agar tidak menghilang dari arus zaman yang semakin maju, generasi penerus lagi tidak peduli untuk melaksankan upacara Tehununa ini, karena tidak sesuai dengan zaman yang ada. Proses ini tujuannya adalah untuk lebih memantapkan keberadaan.***
Isi diluar tanggung jawab redaksi.