Bula, CakraNEWS.ID- Targetan zero new stunting, Pemerintah Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), kembali menggelar Rapat Koordinasi Aksi I terkait Pemetaan dan Analisis Situasi Data serta Aksi II Penyusunan Rencana di Lokus Stunting dalam program Konvergensi Penurunan Stunting tahun 2022, bertempat di Hotel Mutiara Kota Bula, Rabu (23/03).
Kegiatan tersebut di buka secara resmi oleh Assisten II Setda Kabupaten SBT Idris Boufakar, turut hadir Kepala Dinas PU SBT Umar Bin Lahmar, Kepala Dinas Sosial SBT M. Syafri Rumain serta OPD terkait lingkup Pemda SBT yang tergabung dalam Tim Tahitegal To Stunting (Perang Melawan Stunting).
Dalam kegiatan tersebut tim Tahitegal To Stunting yang diwakili OPD terkait sepakat untuk Kabupaten SBT untuk ditetapkan 16 Lokus Stunting di Kabupaten SBT tahun 2022-2023 yang tersebar di 7 Kecamatan.
Berdasarkan data yang dihimpun dari angka prevalensi Stunting di Kabupaten SBT sejak 2020 hingga tahun 2021 turun secara signifikan. Diketahui, dari angka 41% persebaran stunting pada tahun 2020 turun menjadi 25% pada tahun 2021. Hal ini merupakan pencapaian luar biasa bagi Pemerintah Daerah dalam upaya konvergensi penurunan stunting di Kabupaten berjuluk Ita Wotu Nusa yang menjadi fokus program Nina Parenting Kabupaten SBT Ny. Yulia Misa Keliobas bersama Dinas Kesehatan dan Tim Penggerak PKK Kabupaten SBT serta sejumlah OPD terkait.
Untuk diketahui, pada tahun 2022 sampai dengan 2023 sekitar 7 Kecamatan yang menjadi target lokus stunting diantaranya Kecamatan Pulau Panjang, Tutuk Tolu, Siwalalat, Seram Timur, Kiandarat, Gorom Timur dan Bula Barat dengan jumlah balita sebanyak 822 dan jumlah anak stunting sebanyak 161 tersebar di beberapa desa lokus yang menjadi target dari aksi Konvergensi yang dilaksanakan.
Ketua panitia kegiatan Nurhayati Kilmas yang juga Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan SBT dalam laporannya menyampaikan, kegiatan aksi I dan II pada tahun 2022 merupakan program untuk menetapkan desa lokus stunting pada tahun 2022 dan 2023 di Kabupaten SBT.
“Kegiatan ini untuk memperkuat kapasitas konvergensi stunting Kabupaten, meningkatkan koordinasi lintas sektor serta menyepakati rencana kegiatan intervensi rencana penurunan stunting terintegrasi dan membangun komitmen publik dalam aksi konvergensi,” ucap Kilmas.
Menurutnya, dalam aksi konvergensi percepatan penurunan dan pencegahan stunting harus melalui intervensi spesifik dan sensitive di Kabupaten SBT. Meskipun kata Kilmas, masih terdapat kelemahan-kelemahan di dalam penguatan tim Konvergensi Kabupaten SBT.
“Selama dua tahun terakhir stunting sampai saat ini sudah sedikit mengalami penurunan, angka ini masih terbilang sangat minim untuk Kabupaten SBT. Untuk itu, saya berharap agar mari kita berfikir tentang masa depan negeri ini maka kita rapatkan kembali barisan untuk fokus pada upaya penurunan konvergensi stunting,” jelas Kilmas.
Di kesempatan tersebut, Dalam arahannya Asisten II Setda Kabupaten SBT Idris Boufakar mengungkapkan harapannya kepada tim penurunan stunting agar fokus, bekerja maksimal dengan komitmen bersama dalam upaya penurunan stunting di Kabupaten SBT.
“Harapan saya agar kita semua fokus dalam upaya penurunan angka stunting di Kabupaten SBT, dengan komitmen dan kerja sama dari seluruh OPD terkait yang tergabung dalam hal ini,” pungkas Boufakar.
Lebih lanjut, Boufakar menyebutkan stunting disebabkan multidimensi sehingga penanganan perlu dilakukan oleh multisektor. Menyikapi hal tersebut, Ia mengimbau kepada semua pihak terkait agar memberikan perhatian serius kepada masyarakat Kabupaten SBT secara umum terlebih khusus kepada anak-anak dan ibu hamil, guna upaya penurunan stunting di Kabupaten SBT.
“Stunting merupakan masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan anak. Olehnya, dalam situasi seperti ini, seluruh stakeholder harus tetap bersinergi untuk berperang melawan stunting yang menjadi masalah kita saat ini,” harap Boufakar.
Yati Noch pengurus Tim Penggerak PKK Kabupaten SBT saat mewakili Nina Parenting Kabupaten SBT Ny. Yulia Misa Keliobas disela-sela kegiatan tersebut menerangkan, dari delapan rencana aksi stunting, saat ini telah memasuki aksi satu dan kedua, agar selanjutnya dilakukan oleh semua perangkat teknis
dalam rangka penurunan angka stunting tersebut.
“Saya kira ada beberapa perangkat daerah harus kita berperan aktif terlibat di dalam kegiatan ini dan menyusun strategis rencana program kegiatan dalam pelaksanaan penurunan stunting,” ungkap dengan nada tegas.
Yati menambahkan, dari beberapa langkah strategis yang dilakukan pada tahun 2021 lalu, dimana berhasil menurunkan angka stunting, sehingga hal itu dapat menjadi motivasi bagi semua perangkat daerah yang terlibat dalam tim koordinasi penanganan stunting untuk berbuat maksimal lagi.
“Mudah-mudahan selesai delapan rencana aksi di tahun 2022 dan 2023 stunting di SBT juga semakin berkurang,” tandasnya.
Dengan begitu, Yati berharap tim teknis yang saat ini sementara menyusun rencana program kegiatan agar betul-betul melakukan kegiatan ini dengan baik kedepannya.***