Refleksi Menjelang Natal : Menjadi Manusia Baru
CakraNEWS.ID– Kata Natal berasal dari bahasa Portugis, yang artinya “kelahiran”. Natal adalah merayakan kelahiran Yesus Kristus. Merayakan natal adalah tindakan rasa syukur atas Yesus Kristus yang telah datang ke dalam dunia untuk menyelamatkan kita dari kebinasaan. Ini adalah peristiwa yang sangat agung dan mulia.
Hari kelahiran Kristus adalah hari di mana Allah yang agung dan mulia meninggalkan kemuliaannya dengan menghampahkan diri menjadi manusia (Filipi 2:5-7).
Penghampaan diri yang dilakukan pribadi Allah yang kedua itu sedemikian drastis, karena bukan hanya menjadi manusia saja bahkan menjadi manusia yang paling hina. Ia dilahirkan disebuah kandang, bukan disebuah gua.
Hampir tidak ada manusia yang sedemikian miskin dan hina sehingga ia dilahirkan di sebuah kandang. Hal ini menunjukan bahwa ia bermaksud menyelamatkan manusia yang paling hina sekalipun.
Yesus tidak mau ada orang yang berpikir bahwa dirinya terlalu hina atau terlalu berdosa untuk mendapatkan anugerah keselamatan. Sebaliknya Tuhan tidak dapat menyelamatkan orang yang menganggap dirinya terlalu berharga dan penting untuk datang pada-Nya.
Sekarang sudah dekat hari natal dan tiap orang mempunyai makna natal yang berbeda-beda. Apakah sebenarnya makna natal bagi kita orang yang percaya? Setiap orang memaknai arti cinta dalam makna yang berbeda-beda tapi ada satu kata yang selalu kita ingat ketika menyebutkan kata cinta, yaitu pengorbanan.
Pengorbanan adalah suatu tindakan yang kita lakukan dengan atau tanpa diketahui orang tersebut untuk membuat mereka merasa bahagia tanpa mengharapkan timbal balik. Sehingga sangat wajar jika perasaan tanpa memiliki hati yang rela berkorban tidak bisa kita sebut sebagai cinta.
Terlepas dari itu semua kita harus benar-benar memaknai arti natal sesungguhnya, karena di momen ini kita mengetahui seberapa besar pengorbanan yang sudah Tuhan berikan kepada kita. Namun permasalahannya banyak dari kita yang menganggap Natal sebagai perayaan tahunan yang biasa saja, disinilah kita harus merubah pola pikir kita.
Natal bukan hanya sekedar perayaan dengan datang ke gereja karena Natal adalah hari peringatan atas kelahiran Raja diatas segala Raja, yaitu Tuhan Yesus.
Natal membuat kita menjadi manusia baru membuat orang semakin dekat dengan Tuhan. Tapi pada saat yang sama memiliki motivasi yang tinggi untuk mengabdikan dirinya bagi orang lain. Dalam semuanya itu kita ingin memuliakan Tuhan. Hanya untuk Tuhan dan bukan untuk dirinya. Lahir baru dapat dmaknai melalui berbagai peran peran kita.. Kita hendak memuliakan Tuhan melalui pekerjaan.
Buah lain dari lahir baru adalah robohnya tembok-tembok pemisah. Tidak ada sifat sukuisme, gender, fanatisme kelompok. Sukacita Natal ditentukan oleh sejauh mana kita mengalami damai-sejahtera sorgawi yang dikaruniakan Kristus. Karena itu ukuran keberhasilan dalam pelayanan dan pekerjaan kita bukanlah berapa banyak tugas yang sudah berhasil kita lakukan, tetapi seberapa luas damai-sejahtera yang kita hadirkan di manapun kita berada.
Anugerah Allah dalam damai-sejahtera Kristus dalam peristiwa Natal akan terjadi apabila kita tidak terpaku pada pengudusan yang sifatnya “out-door” (bagian luar) yaitu fisik-jasmaniah kita, tetapi juga pengudusan yang terjadi di ”in-door” (bagian dalam/batin) kita.
Pengudusan yang sifatnya jasmaniah telah dilakukan oleh Yudas Makabe, tetapi pengudusan yang sifatnya rohaniah dan menyeluruh dilakukan oleh Tuhan kita Yesus Kristus. Bait Allah bukan hanya tempat/lokasi gedung tetapi seharusnya adalah tubuh-jiwa-roh kita. Kita akan mengalami dan mampu menghadirkan damai-sejahtera apabila hati kita telah dikuduskan oleh Kristus.
Tanpa pengudusan, seluruh kegiatan keagamaan dan kesalehan akan menjadi kesombongan yaitu sikap arogan yang gemar menghakimi dan menilai orang lain menurut ukuran yang kita buat. Natal adalah moment memulai langkah baru dalam cinta. *** (Oleh: Celly Beto)