Ambon, CakraNEWS.ID – Kepedulian Ikatan Alumni SUPM Waiheru Ambon (IKASWARA), dengan melihat beberapa persoalan ditengah masyarakat, telah mampu menghimpun potensi-potensi untuk pemulihan mangrove dan juga mengembangkan budidaya ikan.
Hal ini disampaikan Anggota DPR RI Komisi IV Fraksi PKS, Saadiah Uluputty, saat menghadiri kegiatan jumpa akbar IKASWARA sekaligus menggelar penanaman anakan mangrove dan pelepasan benih ikan kakap, di SUPM Waiheru, kota Ambon, didampingi kepala SUPM Waiheru yang sekaligus merangkap pembina IKASWARA, Achmad Jais Ely, bersama perwakilan dari Dinas Kehutanan Maluku dan Dinas Perikanan Maluku, juga Balai Perikanan Budidaya Laut Waiheru. Rabu, (23 Juni 2021).
Sebagai daerah kawasan pesisir seperti indonesia timur, Srikandi Maluku itu menjelaskan, dirinya sangat konsen untuk bisa menyuarakan program rehabilitasi mangrove dari dana APBN atau dari perhatian pemerintah baik Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), maupun kementrian kehutanan agar bisa diakses untuk pemulihan daerah mangrove di kawasan indonesia timur.
“Jadi alumni IKASWARA ini sangat memahami fungsi kawasan mangrove yang kini digalakan kementrian kelautan dan kehutanan untuk pemulihan mangrove sebab ancaman erosi dan abrasi pada beberapa daerah pesisir pantai semakin tidak terbendung terutama pada kawasan yang tidak mempunyai benteng untuk menahan air laut,”ucapnya.
Olehnya itu, sebagaimana diwartakan, KKP mendapat anggaran tambahan sebesar Rp43,34 miliar pada 2021 untuk mendukung program rehabilitasi mangrove di empat provinsi.
Berdasarkan Surat Menteri Keuangan Nomor S-37/MK.2/2021 tanggal 16 Maret 2021, KKP mendapatkan tambahan anggaran belanja tahun 2021 sebesar Rp43,34 miliar yang dialokasikan ke Ditjen Pengelolaan Ruang Laut.
Dengan adanya anggaran tambahan tersebut, maka pagu anggaran KKP tahun 2021 naik dari semula Rp6,49 triliun menjadi Rp6,53 triliun.
Sementara itu, Uluputty mengatakan, Maluku dengan ribuan pulaunya menjadi tanggung jawab bersama dalam menjaga kelangsungan ekosistem yang saling terhubung agar dapat terjaga yakni dengan upaya melestarikan mangrove di daerah kawasan yang bisa ditanami mangrove.
“Saat ini iklim kita tidak lagi menentu, yg awalnya beberapa tahun lalu, iklimnya teratur, sehingga ketika datangnya musim ombak, gelombang laut tidaklah mencapai daerah tepian pantai, tetapi sekarang hampir tidak bisa dipastikan bahwa gelombang abrasi itu bisa setiap saat mengancam daerah pesisir pantai khususnya di Maluku,”pungkasnya
Selain mangrove, pada sektor kelautan dan perikanan, dengan menjawab tuntutan persaingan global, dirinya menerangkan Indonesia harus berkaca dari negara luar seperti tiongkok atau vietnam yang memiliki sedikit ruang laut, tapi mereka mampu menghidupkan negaranya dari sektor laut.
Pasalnya, dari data Kemetrian KKP, ekspor terbesar dari sektor laut bukanlah indonesia tapi negara Vietnam. Indonesia memang memproduksi ikan terbesar nomor 2 dunia, akan tetapi ekspor ikan dan bahannya berada di peringkat ke 10 dunia.
“Jadi, permasalahannya yakni bagaimana inovasi kita agar kebutuhan atau olahan bisa diterima oleh pasar global. Ini suatu tuntutan pasar dan juga tantangan untuk IKASWARA, agar bagaimana ilmu akademik hendaknya dapat berkorelasi dengan pasar yang ada di luar, agar lulusan kita diterima pasar,”terangnya
Dirinya berharap, penanaman mangrove dan bantuan benih ikan dari balai perikanan budidaya laut ini, semoga segala upaya diridhoi oleh yang Maha Kuasa. #JK**